“Menulis adalah nikmat termahal yang diberikan oleh Allah, ia juga sebagai perantara untuk memahami sesuatu. Tanpanya, agama tidak akan berdiri, kehidupan menjadi tidak terarah...” Qatâdah, Tafsîr al-Qurthûbî

Rabu, 29 Agustus 2012

Tas Maika Etnik

Africa

   Selempang
37 x 11 x 25 cm
Rp 90.500



Agro

Shoulder
34 x 11 31 cm
Rp 107.000



Allium Series

Jinjing
35 x 13 33 cm
Rp 118.000



Amoeba

Shoulder
38 x 9 x 26 cm
Rp90.500



Androgyn

Ransel
38 x 11 x 35 cm
Rp 96.000



Aqua

Shoulder
39 x 11 x 30 cm
Rp90.500



Cheer Up Series

Rp 110.000




Atom

Rp. 110.000




Aurora

Rp. 101.500



Azalea
Rp. 107.000




Baby Breath
Rp. 118.000



   Baby Glam Orange

Rp 85.000




                                       Baby Glam Pink 

Rp. 85.000





dan masih banyak item lainnya :D
ingin katalognya? hubungi saya
CP : 085735579907 (hana)


Kamis, 16 Agustus 2012

Detik-Detik Terakhir



Menit dan detik kian jauh tertinggal
Kini hanya angan dan aku yang menanggal
Menyisakan secuil amal
Meneriakkan segenggam asa penuh kental

Menit dan detik kian jauh tertinggal
Segalanya pergi seakan tak mengenal
Namun inilah hukum Sang Maha Kekal
Agar aku semakin giat beramal
Supaya diri mengerti arti terjadwal
Hingga dalam akhir hati tak menyesal

Menit dan detik kian jauh tertinggal
Aku baru bertemu indahnya bulan padahal
Sekarang indahnya terlihat tinggal sekepal

Ya Robb...
segala puji bagi Mu
Sholawat syahdu teruntuk Rosul Mu
Romadhon indah ini bisa kukenal
Menusuk mental dan spiritual

Ya robb...
Berikan padaku pancaran sinyal
Berikan padaku iman yang kuat melebihi batuan koral
Berikan padaku hidayah cinta melebihi cintanya pasangan guling dan bantal
Hingga saat nanti di mana Romadhon ini tak lagi terkenal
Hingga menit dan detik kian jauh tertinggal

Magetan, 27 Romadhon 1433H

Selasa, 03 Juli 2012

Sobat Kau Hebat


Sahabat, baru kemarin ku melihat canda tawamu
Hapuskan semua rasa yang tak terungkap dari hatimu

Ketika kau pergi, dan takkan kembali
Luluh lantahkan hati ini
Ketika kau pergi, dan tak mungkin kembali
Namun kau masih tersimpan di lubuk hati

Oh sobat, kau hebat
Hilang segala prasangka, jejak ladang tersisa
Sobat, kau hebat
Walau raga tlah tiada tak kau tinggalkan hampa

Sahabat, satu kata pernah terucap tulus darimu
Ikhlaskan, semua salah yang pernah ku buat pada dirimu

Ketika kau pergi dan takkan kembali
Luluh lantahkan hati ini
Ketika kau pergi dan tak mungkin kembali
Namun kau masih tersimpan di lubuk hati

Oh sobat, kau hebat
Hilang segala prasangka, jejak ladang tersisa
Sobat, kau hebat
Walau raga tlah tiada tak kau tinggalkan hampa

Darimu ku belajar sesuatu
Untuk bertemu dan berpisah karena Allah...

Ketika kau pergi dan takkan kembali
Luluh lantahkan hati ini
Ketika kau pergi dan tak mungkin kembali
Namun kau masih tersimpan di lubuk hati

Oh sobat, kau hebat
Hilang segala prasangka, jejak ladang tersisa
Sobat, kau hebat 
Walau raga tlah tiada tak kau tinggalkan hampa

-fatih acapella-

Jumat, 29 Juni 2012



Segalanya begitu indah...
Cinta...
Rindu...
Senyum...
Tawa...
ukhuwah...

Maha Besar kuasa Pelukis Alam...
Mempertemukan raga dan hatiku dengan manusia sholihah sepertimu...
Menyatukan aku dan dirimu dalam ikatan cinta...





Kamis, 07 Juni 2012

Khitbah Suci




“Ummiii aku udah cantik belum?”tanya seorang gadis kecil kepada ibunya.

“Ih cantik sekali anak ummi, yuk berangkat.” Ibu dan anak itu kemudian mengendarai motor menuju sebuah pesta walimatul ’ursyi. Si kecil memang senang sekali ikut umminya menghadiri acara-acara, utamanya walimatul ‘ursyi.

Suatu hari sepulang dari TPA si kecil menghampiri umminya yang sedang memasak, “Ummi ayo ke sana!”

 “Ke sana ke mana?”

“Tadi waktu pulang dari TPA aku liat ada orang walimahan, di sana orangnya cantik-cantik, ganteng-ganteng, ada banyak bunga, ada es krim juga Mi, trus lampunya teraang semua, kayak di walimahannya Pak Hari kemarin.”

“Dek, kita kan nggak diundang, jadi nggakboleh dateng, nanti kalo dimarahin pengantinnya gimana?”

“Pengantinnya yang perempuan pakek jilbab kok Mi, pastik baik,” suara kekanakannya membuat si ummi gemes.

“Ih Adek lucu banget, gini ya dengerin Ummi,”ibu tersebut melepas baju masaknya dan mengajak anaknya berbicara di tempat yang lebih nyaman, ruang tamu.

“Meskipun pengantinnya pakai jilbab, kalau kita nggak diundang, kita nggak bisa dateng, kalo dateng, itu namanya nggak sopan. Liat ni undangannya Pak Hari, kita kemarin bisa ke sana karena sudah kenal dengan Pak Hari, di samping itu kita juga dikasih undangannya.” Si kecil terlihat mendengarkan dengan serius namun tampaknya ia belum mengerti juga, umminya kemudian menjelaskan dengan bahasa yang lebih ringan.

“Sekarang Ummi tanya, kalo suatu hari Adek disuruh main ke rumah Mas Fadhli adek mau nggak?”

“Nggak mau, aku kan nggak kenal Mas Fadhli.”

“Nah, sama, kita juga pasti nggak mau kan pergi ke walimatul ‘ursyinya orang yang nggak dikenal?”jelas sang bunda dengan lembut.

Wajah si kecil yang semula serius berubah ceria, tandanya ia sudah mengerti, “Iya ya Mi, hehe, Aku main dulu ah!” Si kecil berlari ke luar rumah, jilbab birunya terbang ke kiri dan ke kanan diterpa angin sore.

                                                              ***

Sepasang mata sayu menatap ke arah cermin, “Mentariku tlah bersinar, member cahaya cinta dan iman, dulu dan sekarang kau begitu indah, hingga detik ini pun pesonamu selalu membuncah,”nyanyian hati seorang bunda.

Tak terasa si kecil yang dulu suka ngintil umminya ke acara-acara walimahan, kini tumbuh menjadi gadis  nan sholihah.

Usai merapikan jilbab di depan cermin, ia pergi berpamitan, “Ummi, kenapa senyum-senyum sendiri?”tanyanya heran.

“Ah, nggak papa, ummi cuman bahagia, anak ummi sudah gede sekarang, berangkat sekolah sana gih.”

“yaudah aku berangkat dulu, Assalamu’alaikum,”kedua bidadari itu saling berpelukan.

Ini bukan sekedar perjalanan ke sekolah, perempuan yang sekarang duduk di bangku kelas 3 SMA itu sedang berbicara dengan Tuhan. Ia mulai menata niat dan hati, menghirup udara persawahan, sesekali langkahnya melambat menendang-nendang benda kecil yang dilewatinya. Setelah semua keadaan menjadi rileks, hatinya siap bercerita, “Ya Robb, sekarang aku tahu bahwa indahnya pernikahan itu bukan karena acara walimahan yang penuh dengan permen, segarnya es pudding, atau terangnya lampu berhias bunga. Tarbiyah kehidupan yang Kau berikan padaku menjadi jawaban apa yang selama ini aku pikirkan. Ternyata pernikahan itu lebih indah dari beribu-ribu acara walimatul ‘ursyi. Sepasang hati terikat cinta suci, membangun taman kasih yang harmoni.” Langkahnya semakin pelan, ia enggan meninggalkan suasana persawahan yang menenangkan jiwanya, sedang waktu terus berdenting mendekati waktu bel sekolah berdering.

“Ah aku sungguh tak sopan, berbicara denganNya di tengah jalan seperti ini,” batinnya. Ia putuskan untuk kembali ke rumah dan meninggalkan urusan sekolah.

Sesampainya di rumah, ia segera mengambil air wudhu, si ummi belum tahu hari itu ia membolos sekolah. Gadis berwajah putih itu lantas membuka ibadah sunnahnya dengan shalat taubat, lalu dhuha dua raka’at, dilanjutkan shalat istikharah, shalat hajat, dan ditutup dengan shalat witir. Sebenarnya rangkaian ibadah ini sudah rutin ia lakukan setiap sepertiga malam, persis dengan urutannya. Namun pagi itu ia amalkan lagi sebagai senjata ampuh pengusir gelisah. Sekitar satu jam ia habiskan untuk sholat dan berdo’a pada Sang Khaliq. Segala khilaf, keraguan, keinginan, dan kebaikan ia curahkan. Usai bertaqarrub ilallah, hatinya menjadi semakin mantab. Bersegeralah ia menuju dapur, ia tahu ibunya pasti sedang membereskan dapur.

“Ummi, aku pengen bicara”katanya agak grogi.

“Lhoh Dek! Kenapa tiba-tiba ada di sini?! Kapan pulang? Kamu nggak ke sekolah tadi?”jawab ummi kaget.

“Hmm… tadi aku ke sekolah kok, tapi di tengah jalan aku pulang.”

Terjadilah perbincangan di ruang makan tak jauh dari dapur. “Ada apa ini sebenarnya?”tanya sang ummi dengan lembut.

“A… a… aku… aku…”

“Iya, kamu kenapa?”

“Aku pngen menikah mi.” Wajahnya memerah bak bayi baru lahir.

Suasana seketika menjadi hening.

“Serius?”ummi masih tak percaya.

“Hatiku udah manteb Mi,”jawab si gadis dengan tegas.

“Baiklah, ummi ngerti, Adek juga udah paham bagaimana itu pernikahan, sekarang ummi beri kesempatan waktu untuk istikharah, selanjutnya kita serahkan ke Allah. Masalah sekolah, kuliah ummi serahkan ke Kamu, yang penting niatkan semua untuk ibadah.”

***

Tepat dua minggu setelah perbincangan itu, datang seorang laki-laki muda ke rumah gadis itu. “Sini-sini masuk nak, ada kemari?”suara ummi begitu hangat terdengar.

“Tujuan saya kemari untuk mengkhitbah putri Ummi”

“Subhanallah”

Jadilah seorang ibu dan pemuda itu berbincang serius.

Mengetahui maksud dan tujuan laki-laki yang taka sing baginya itu, ia menelpon puterinya adar cepat kembali pulang. Lima belas menit kemudian, sang puteri dapat lewat pintu belakang.

“Assalamu’alaikum.”

“Wa’alaikumussalam, cepat masuk, ada tamu,”sambut sang bunda

“Siapa Mi? sepertinya aku tak melihat ada kendaran terparkir di depan.”

“Dia mau mengkhitbahmu,”bisik ummi lirih.

“Apa!” Si gadis itu pun menuju ruang tamu.

“Subhanallah, ternyata kamu,” ia terkejut melihat laki-laki berbaju hijau semu dengan celana lepis duduk rapi di sofa sebelah barat. Belum sampai menemui lelaki itu, ia kembali ke belakang menyusul umminya. “Ini jawaban Allah ummi,” katanya dalam pelukan sang bunda sambil menangis.

Ku tak dapat menolak khitbahmu Akhi
Karna kau begitu sempurna bagiku
Ucap syukur kepada Ilahi Rabbi
Tlah takdirkan aku berjodoh denganmu
Kurasakan kedamaian hati
Ini nikmat yang tinggi

Khitbah suci tlah getarkan bumi ini
Merekahlah sudah cinta yang murni
Khitbah suci tlah jawab do’a-do’a ku
Ku tak sabar ucap janji suci
(Aslim Amir)

Jumat, 18 Mei 2012

Inilah Kebesaran Ilahi

Beberapa hari yang lalu aku bersama adikku asyik makan kue semprong buatan bude. Saat itu kira-kira tinggal tiga buah semprong dan remukan-remukannya. Semprong pertama selesai kumakan, semprong kedua telah masuk pencernaan adikku, di saat gigitan pertama semprong ketiga aku berhenti makan, "Dek liat ini tulisan Allah kan?", aku coba memastikan kebenaran itu, sebuah kue semprong terukir lafadz Allah, padahal sebelum-sebelumnya aku pasti mengamati bentuk ukiran kue berwarna coklat itu, dan semuanya biasa saja, karena memang dasar cetakannya adalah bentuk daun bukan lafadz Allah."Iya mbak, subhanallaah, sini aku makan", jawab si kecil Nisa. "Eh jangan, sini mbak foto dulu", bergegas aku mengambil HP dan mengabadikannya. 







Kamis, 26 April 2012

eSTAQi (SMS TAUSYiAH QiYAMULLAiL)


Bagai gajah mendaki gunung, mungkin itu sedikit perumpamaan bagi orang-orang yang ingin bangun untuk sholat malam secara konsisten. Mereka merasa berat, terlalu nyaman dalam hangatnya selimut, takut dengan dinginnya malam dan air wudhu, bahkan kalah melawan kantuk. Seantero ummat muslim pasti mengalami hal ini, tak terkecuali saya.

Maka dibutuhkan azzam yang kuat, niat yang melekat agar ibadah sepertiga malam ini dapat diamalkan setiap harinya. Sebagaimana juga yang telah diikhtiyarkan salah seorang pahlawan islam, Muhammad Al-Fatih di mana tak pernah absen dari ibadah qiyamul lailnya. Prestasi beliau juga tak tanggung-tanggung, menakhlukkan tanah Konstantinopel dalam usia yg masih muda.

***


Lahirlah  eSTAQi...

Kurang lebih 1 tahun yang lalu saya membuat sebuah program sms tausyiah qiyamul lail yang alhamdulillah sampai sekarang masih berjalan. Pada awalnya member dari program ini hanya teman satu lingkaran, namun seiring berjalannya waktu, merambat ke berbagai usia dan kalangan. Program yang saya beri nama eSTAQi ini saya khususkan untuk wanita saja, waktu pengriman sms tausyiah skitar pukul 03.00 pagi atau 1/3 malam eSTAQi juga bertujuan agar muslimah memiliki kesadaran penuh tentang arti penting qiyamul lail dan menjadikannya sebagai sarana taqorub ilallah.

***

Qiyamul lail untuk muslimah...

Sudah menjadi kodrat muslimah bila setiap bulan Allah memberinya rukhshoh (keringanan) berupa haidh. Hal ini membuat ibadah sholat kita -kaum hawa- frekuensinya lebih sedikit ketimbang kaum adam yang tidak diberi haidh oleh Allah. Dan saya yakin para muslimah mengerti apa saja ladang pahala yang dapat dipetik melihat mereka sebagai wanita muslim yang kesempatan ibadah sholatnya lebih sedikit. Salah satunya adalah qiyamul lail. Jadi sangat merugi seorang wanita yang diberi ni'mat sehat, ni'mat iman namun dengan sengaja meninggalkan ibadah sunnah sholat malam. Selain itu, dengan rutinnya sholat malam wanita akan di jaga raga dan hatinya dari perkataan sia-sia.  

Bangunlah dimalam hari (untuk Sholat), kecuali sedikit (daripadanya), setengahnya atau kurangilah sedikit dari padanya, atau lebihkan dari padanya dan bacalah Al-Qur’an itu perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan padamu ‘qoulan tsaqiila”. (QS. Al Muzzammil :2-5)

Demikian janji Allah yang teruntai dalam QS. Al Muzzammil, Ia akan memberi qoulan tsaqiila atau perkataan yang berat pada ummat yang istiqomah menghidupkan malam dengan khusyu'nya sholat dan syahdunya bacaan al-Qur'an disaat ummat-ummat lain sedang terlelap dalam semunya mimpi.

***

kembali ke eSTAQi...

Berikut beberapa testimoni dari member eSTAQmengenai program yang telah berjalan satu tahun ini:

Reginta_Magetan_Pelajar
alhamdulillah.. sms tausyiah tahajud yang saya terima slalu membantu saya yang kadang2 sering susah bangun (padahal uda di alarm) waktu tahajud. Dan setelah dnger bunyi sms dan liat sms nya, sya langsung bangun (gak tau mengapa kalo jam alarm malah gak bangun aku)... Tausyiahnya jga mendorong sya untuk introspeksi diri.. Alhamdulillah, sms ni mmbantu sekali :D

PS Nabelahafshah _Jakarta_Mahasiswi
manteb..lanjutkan!
kata2nya sukaaaa ><

Umi nopi_Terung_Ibu rumah tangga
uda baik, sayang... jamnya pas, isi tausyiahnya jg bikin melek :)

Shinto_Magetan_Pelajar
menurut ana sms tausyiah sangat bermanfaat, apalagi waktu smsnya sesuai dengan jam tahajjud, isinya juga sangat memberi motivasi :))

Rahayu dian_Jambi_Mahasiswa
sms taujih qiyamul lail itu gimana yaa.. langka, keren, inspiratif! hehe.. (cozy)

Dwi Yulianti_Magetan_PNS
good.. Lanjutkan, sangat inspiratif dan menyemangati 

Anita_Magetan_Pelajar
sebelumnya ana ucapkan syukron katsiron for tausyiah tahajjudnya selama ini, subhanalloh... tausyiahnya menyentuh hati bangetz jadi tambah semangat n termotivasi utk melaksnakan qiyamul lail.. Ana harap tausyiahnya tetap berjalan setiap hari

Siwi_Pingkuk_Pelajar
Alhamdulillah, sms tausyiahnya memberi banyak motivasi dan semangat setiap hari. Smg lancar, teruskan berdakwah 

Arie Kurniawati_Poncol_PNS/guru
subhanallah bagus sekali kita budayakan saling ber_watawa shoubil haq watawa shoubishobr. Allohu Akbar!!

YolandaSari_Yogyakarta_mahasiswi
alhamdulillah... entah mengapa sms tausyiah n tahajjud yang saya terima selalu tepat sasaran, tepat pd saat sy sedang mengalami kjadian sperti itu, alhamdulillah.. sungguh saya sgt yakin.. walau selangkah ku rapat padaMu,seribu langkah Kau rapat padaku...

LILISNURHIDAYATI_MAGETAN_PELAJAR
Khoir, bermanfaat sangat.. tapi seandainya saya tdk memasang alarm sendiri, tdk bangun hnya dengn adanya sms ini... tapi ketika saya bangun dan membacanya, semangat untuk qiyamul lail bertambah :D Danke schon.. smoga barokah :-*

RetnoWulandari_Belotan_calonMahasiswa
alhamdulillah.. sms tausyiah'a BAGUS, sngat membantu, smbil menyelam minum air, bs tambah ilmu N tmbah pahala, insyaAllah

SILVI_MAGETAN_PELAJAR
membantu untuk mengistiqomahkan qiyamul lail. Syukron ukhti :D

Istimrorul Inshiroh_Magetan_Pelajar
Medukung dan sangat tdk keberatan, meningkatkan iman dan taqwa.


Nah, bagi anda yang ingin mendaftar sebagai member eSTAQi langsung saja kirim NAMA_ASALKOTA_PEKERJAAN kirim ke 085735579907


*NB: karena program ini belum memiliki modal yang cukup, maka saya batasi untuk 100 nomor pendaftar pertama.

Selasa, 10 April 2012

Ukhuwah Sapu Lidi [ Part II ]



Bukan sekedar persaudaraan seiman seaqidah, ini lebih sulit jika kau bayangkan. Ukhuwah hanya bisa kau amalkan dan rasakan. Bukan juga sendiri atau berdua, ukhuwah ini kan hadir jika kau bersama. Dan dari situlah terikat sebuah cinta istimewa bernama ukhuwah sapu lidi.

Jalinan kasih penuh syarat da makna. Jadi segera mantabkan hati, karna memang ukhuwah ini penuh syarat, aku takut jika raga dan batinmu mengeluh di tengah perjuangan, aku takut bila benteng imanmu tak kuat menahan hantaman perisai setan hingga suatu saat kau memilih keluar dari ikatan ukhuwah sapu lidi. Sekali lagi kuingatkan, mantabkan hatimu.

Bila nurani dan jasadmu telah berikrar dalam sebuah janji ukhuwah, maka bersabarlah, bersabarlah, bersabarlah, berbahagialah, bersyukurlah. Bersabarlah hingga waktunya tiba, karena segala yang kau korbankan dan kau berikan untuk ukhuwah kan terganti dengan ni'mat yang sungguh besar melebihi harta dan dunia, ni'mat yang terasa bukan sehari atau dua hari saja, namun selamanya. Berbahagialah, Allah telah menunjukkmu sebagai hamba pilihan nan istimewa. Bersyukurlah, maka keindahan dan keberkahanNya akan melekat dan terus bertambah seiring kuatnya syukur lunturnya futur. Ambil cangkul, bersama kita tanam sabar, bahagia, dan syukur dalam visi ukhuwah sapu lidi. 

Kala hati tlah berpadu, segalanya menjadi harum berbau. Saling menguatkan semangat yang terkadang merapuh, bersama memberi solusi bukan hanya mengomentari, menebar do'a dikala dunia gelap maupun menyala, itulah hakikat sebuah ukhuwah. Jika kasih tiada mekar, jika ikhlas redup tak berbinar, jika nafsu tergeletak dan terlantar, demi matahari yang dalam kehendakNya senantiasa bersinar, dari sanubarimu tak akan tegap sebuah cinta luar biasa, ukhuwah sapu lidi.

Akan kau rasakan hangatnya persaudaraan, ringannya berbagi kebaikan, luasnya hamparan do'a, manisnya air mata cinta, bila kau terikat dalam ukhuwah ini.   Alangkah bodohnya potongan lidi yang memilih keluar dari ikatan, dan masuk di luar ikatan ukhuwah sapu lidi, ia hanya mendapat cinta yang sedikit, dan mungkin maksiat yang bertambah. Na'udzubillah.

Dalam ikatan ukhuwah sapu lidi, kita ikhtiyarkan Rahmat dan RidhoNya, bersatu menyapu daun-daun dosa yang berguguran, saling memberi manfaat di atas satu tujuan dengan hati yang erat, seerat ikatan sapu lidi di pekarangan hidup....

Minggu, 04 Maret 2012

Tetesan Emosi Cinta

         "Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal" QS. Al Anfal: 2

Apakah karena aku terlalu cinta dengan dakwah ini? Ataukah karena aku terlalu sayang dengan islam Ilahi? Hingga tak segan tangisan meruak tanpa bisa kukendali. Bukan hanya saat sunyi, namun ketika kubertemu manusia hebat pilihan Rabbi. Dan entah mengapa semua membuat otakku mengingat seluruh perjuangan para Nabi, dan segalanya kubandingkan dengan pengorbananku yang sangat kecil  sekali. Allah, hamba tak seistiqomah baginda Rasulullah, hamba tak seberani Umar bin Khattab, hamba tak setegar Nabi Ibrahim. Kuharap tangisan ini bukanlah suatu keberlebihan yang tak Kau sukai, ini hanyalah isak cintaku padaMu yang tiba-tiba saja keluar tanpa kuketahui.



Jum’at Mulia di Depan Perpustakaan

“Hei, hei, stop! Jangan kau jatuhkan air itu di pipiku sekarang ini! Aku baru memulai bacaan Rabithahku!!”, itulah yang kukatakan pada hati ketika ku mulai membaca do’a Rabithah kesayangan Rasulullah. Nafasku mulai tersengal, namun untunglah air mata belum keluar dari sepasang kelopakku. Siang itu adalah kegiatan rutin liqo’ disekolahku, seperti biasa, setelah tilawah, kultum, dan tausyiah, ada pembacaan do’a Robithoh agar iman semakin kokoh. Untuk kesekian kalinya aku menangis di tengah majelis bak Nobita dijahili Giant, ingin kuhentikan namun lagi-lagi semakin isak, kulafadzkan baris per baris do’a pagi dan petang itu, sedikit kuperlambat karena semua ini membuat makhraj yang keluar dari mulutku sedikit tak jelas. Sudah kuwanti-wanti dari awal, aku tak ingin semuanya tahu tentang tangisan ini, sengaja kutundukkan kepala dari awal hingga akhir bacaan. Ada sebercik malu, tapi bagaimana lagi, inilah diriku.


Akhwat Zone Ikhwah Gaul



Sebuah Lembaga Pemberdayaan Generasi Muslim bernama Ikhwah Gaul mengadakan mabit tahun baru 2012 dengan peserta seluruh akhwat se-Ngawi dan Karisidenan Madiun. Khusus untuk member akhwat (perempuan), Ikhwah Gaul memiliki sub divisi bernama AZIG singkatan dari Akhwat Zone Ikhwah gaul, di mana hanya muslimah yang berhak masuk dalam lingkup ini.  Sudah menjadi qadarullah, aku dan salah seorang saudaraku, Rohma, dipilih Allah menjadi panitia dalam kegiatan mabit yang rutin diselenggarakan setiap tahun baru ini.

Ba’da asar semua telah berkumpul di ruang utama melewati serangkaian acara awal, sambutan, tilawah, perkenalan dan sebagainya. Pembagian tugas mulai terlaksana, Rohma membuka acara dengan sambutan diselingi kalimat-kalimat Allah, selanjutnya bagianku qiro’atil qur’an dan perkenalan. Semakin jauh dentang waktu berjalan, semakin hangat ukhuwah ini kurasa.

Dan Allah pun turunkan rahmatNya lewat hujan, kami berlari-lari kecil menuju rumah Tuhan, melaksanakan maghrib wajib berjama’ah. Suasana bertambah khusyu’. Malam itu tak hanya siraman hujan yang membasahi raga, tausyiah dari Ummi Retno juga menjadi siraman bagi qalbu yang hampa.

 Tak terasa waktu kian berlalu, tibalah ibadah sunnah yang paling utama, qiyamul-lail. Kembali kami di bawah senyum rembulan, menapak jejak di atas tanah lembab menuju masjid, bersama bermunajat di atas perahu do’a. Lagi-lagi mataku memaksa cairan bening keluar, sebuah tangisan iman. Setengah jam lebih kukira qiyamul-lail terlaksana. Kembali muadzin mengumandangkan adzan shubuh.

Muhasabah tahun baru, riyadhah, dan packing telah terpijaki. Tibalah acara penutupan, kali ini aku yang memimpin acara, membuka pembicaraan, mengajak seluruh peserta mabit menghimpun syukur dan shalawat. Selanjutnya adalah salah satu acara yang dinanti, yakni doorprize. 6 akhwat berhasil mendapatkan kado mini sesuai tingkat pertanyaan yang dijawab. Ada yang mendapat mushaf, asesoris, bahkan buku. Spesial untuk penerima hadiah termahal, kuberi pertanyaan tambahan bagaimana kesan pesan dari awal perjalanan menghadiri mabit hingga acara penutup ini. Seorang akhwat dari Ngawi menceritakan pengorbanannya bersama teman-temanya saat berangkat dari Ngawi menuju tempat acara sampai kesan dan pesannya megikuti mabit Akhwat Zoe Ikhwah Gaul ini. Seperti anak SD yang bercerita kepada ibundanya, ia begitu semangat, jujur dan ekspresif mengutarakan apa yang keluar dari ingatannya. Sangat ringkas, melihat wajah-wajah para mujahidah muda berkumpul dalam sebuah lingkaran aqidah membuat batinku bercucuran air mata, namun beruntung raga dapat kutahan untuk tidak mengeluarkan cairan emosi itu. Dan di saat kuketahui saudara seperjuanganku bernama Titis begitu ikhlas dan ceria melewati sebongkah pengorbanan bersama teman-temannya, aku tak dapat lagi menahan tangis, mereka berjalan berkilo-kilo menahan terik matahari dan kelaparan, melawan rasa malu membujuk sopir angkutan kota untuk menurunkan tarif yang terlalu mahal bagi kantong mereka, kurasa ini hanya terjadi karena kekuatan dakwah dan ukhuwah. Dengan isak, kuberi khusus untuk manusia-manusia pilihan Allah yang kala itu duduk rapi di depanku., serangkai kalimat mungkin tak seindah syair namun ini kukatakan dari hati yang paling dalam. Suasana semakin hening, yang terdengar hanya suara dari bibirku disertai tangis haru biru. Disaat lisan melafadzkan do’a Rabithah, disaat telinga ini mendengar jawaban “aamiin” dari puluhan hati yang khusyu’, maka disaat itulah air mataku mengucur semakin deras.

Usai berpamitan dan berpeluk erat, satu per satu meninggalkan ruang penuh kenangan. Ya Allah jadikanlah perpisahan ini sebagai perpisahan yang Kau ridhoi, dan pertemukan kembali kami dalam pertemuan yang lebih indah.


Syuro’ bersama Keluarga Madani

Keluarga Madani bukanlah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak, melainkan kesatuan nama pengurus pusat sebuah forum dakwah yang biasa dikenal Buletin Madani.

Setelah beberapa bulan berdiri, baru minggu kemarin Buletin Madani mengadakan syuro’ (rapat) khusus Keluarga Madani. Dan salah satu di dalamnya adalah aku.

Jika selama ini seluruh urusan Buletin Madani dirapatkan lewat dunia maya, maka dalam syuro’ Keluarga Madani yang diadakan di Solo ini, kami berkesempatan sharing, diskusi lebih jelas dan gamblang.

Pukul 07.00 pagi, aku dan kedua saudaraku berangkat dari rumah menuju terminal. Tiba di sana, kami bertemu dengan Mbak Wikan, salah satu anggota Keluarga Madani pula. Alhamdulillah kami mendapat bis yang lumayan sepi, saudaraku Lana duduk bersampingan dengan Mbak Wikan,aku sendiri memilih satu kursi kosong tepat di belakang Lana, dan si Rohma kebagian kursi pas di belakangku pula.

Dalam perjalanan aku lebih banyak diam, mungkin hanya satu dua kali menjawab pertanyaan seorang gadis berjilbab yang kebetulan duduk di sampingku, karena saat itu perutku agak tak enak, barangkali kebanyakan makan dagangan sendiri, karuhun. Yang kutahu Lana dan Mbak Wikan ngobrol ngalor ngidul begitu semangat, sesekali mereka saling menepuk pundak atau tertawa kecil, entah apa yang mereka bicarakan, sepertinya sebuah misi besar.

Roda bis yang kutumpangi perlahan berhenti di depan kampus UNS menurunkan aku dan kawan-kawan. belum ada lima langkah, kaki kami terhenti, seorang akhwat melambaikan tangan berlari kecil menghampiri kami. Dia adalah Mbak Layli, salah seorang member sekaligus aktivis di Ikhwah Gaul. Rupanya dia mengenali kami lewat jaket Ikhwah Gaul yang kukenakan bersama Lana dan Rohma. Tidak lama kami berbincang-bincang, Mbak Layli harus kembali ke ma’had tahfidz dan kami harus meneruskan perjalanan menuju masjid Nuruh Huda, tempat syuro’ Keluarga Madani.

Seorang gadis berjilbab putih terlihat bosan menunggu di pinggiran pos satpam, dia Ukh Lestari, keluarga Madani asli Solo. Ini pertama kalinya dia bertemu denganku dan saudara-saudaraku. Mbak Wikan pun mulai membuka pembicaraan “Dek Lestari, ini Hana, Lana, Rahma, dari Magetan”.


Panas sang raja siang semakin membara, kami segera meneruskan perjalanan. Rohma, Lana, dan Mbak Wikan berjalan di baris pertama, aku dan Lestari mengikuti dari belakang. Sesampainya di masjid Nurul Huda, cepat-cepat kami naik ke lantai 2, tak sabar menjawab penantian Keluarga Madani lainnya yang cukup lama menunggu. Dua akhwat dari Jogja, Mbak Serenande Ungu dan Mbak Putri, menyambut kami berlima. Ini juga pertama kalinya kami berjumpa. Pas sekali, usai perkenalan antar akhwat, gerombolan ikhwan Keluarga Madani tiba di TKP. Langsung tanpa basa-basi pemimpin redaksi membuka syuro’, diawali sambutan, tilawah, dengan sedikit tausyiah, lalu perkenalan dari masing-masing anggota Keluarga Madani. Ruangan syuro’ yang kami gunakan memang dari awal diberi pembatas atau hijab, sehingga ketika sesi ta’aruf, kami pihak akhwat hanya bisa menebak suara dari ikhwan ini suara siapa, sebaliknya pihak ikhwan juga demikian.

Karena dari pertama pembicaraan hanya suara dari ikhwan yang mendominasi, lantas Pak Pimred (pimpinan redaksi) memberi akhwat peluang berbicara, “sekarang yang akhwat silahkan salah satu mewakili memberi kesan atau tausyiah, terserah yang penting kata-kata kebaikan”, terdengar dari balik hijab suara sengau keluar dari mulutnya. Aku, Lana, Rohma, Mbak Wikan, Lestari, Mbak Serenande Ungu, dan Mbak Putri saling lembar tugas, “kamu aja”, “eh jangan akuu”, dan sebagainya. Jika dibiarkan seperti ini, maka sampai maghrib pun syuro’ tidak akan jalan, “wes, aku aja”, kataku. Seketika berhentilah perang mulut antar akhwat.

Mbak wikan kemudian memberi klu kepada ikhwan, “ini ada adek yang mau ngasih tausyiah”. Adek? Ya, kebetulan kami bertiga dan Lestari adalah yang paling muda, lainnya sudah kuliah bahkan ada yang sudah lulus. Sebisa mungkin kubasskan suaraku, berharap dari balik papan pembatas itu apa yang kusampaikan terdengar lebih jelas. “assalamu’alaykum Wr. Wb”. Suasana menjadi hening, terdengar jawaban Wa’alaykumsalam berpadu antar ikhwan dan akhwat. “Di sini saya hanya akan membacakan sebuah motivasi kutipan dari alm. Ust. Ramhat Abdullah yang berjudul “Memang Seperti itu Dakwah’”, aku mulai membuka pembicaraan. Tanpa kukomando, sekejap suasana hatiku berubah, yang awalnya biasa-biasa saja, kini lebih sendu, masih terngiang dalam ingatan isi dari kutipan alm. Ust. Rahmat Abdullah ini. Pertama kali kudengar saat Boss Ikhwah Gaul membacakannya untukku dan kedua saudaraku di sebuah gazebo rumah makan ketika kami ditraktir makan ayam bakar. Untuk memperjelas, kubaca kembali judul taujih itu, “ Me mang Se per ti itu dakwah” lagi-lagi aku tak dapat membendung air mata, dengan tertatih sebuah  juduh taujih dari Ust.rahmat Abdullah kubaca.

Kata demi kata, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraph ku eja sejelas dan sekhusyu’ mungkin, sembari kubayangkan segala yang dituliskan Ust. Rahmat Abdullah dalam karangannya “Memang Seperti itu Dakwah”.

Hujan air mata semakin deras mengalir di pipiku, kalimat “Karena itu kamu tahu. Pejuang yg heboh ria memamer-mamerkan amalnya adalah anak kemarin sore. Yg takjub pada rasa sakit dan pengorbanannya juga begitu. Karena mereka jarang disakiti di jalan Allah. Karena tidak setiap saat mereka memproduksi karya-karya besar. Maka sekalinya hal itu mereka kerjakan, sekalinya hal itu mereka rasakan, mereka merasa menjadi orang besar. Dan mereka justru jadi lelucon dan target doa para mujahid sejati, “ya Allah, berilah dia petunjuk… sungguh Engkau Maha Pengasih lagi maha Penyayang “ membuat hatiku diguyur perasaan takut, harap, dan cemas. Takut bila qalbu ini berhasil dikuasai setan hingga sgala perjuangan sia-sia karena penyakit hati, mengharap setiap nafas juang yang terhempas menjadi pahala dari Sang Penggenggam Ridho, dan cemas bila ikhtiyar ini tak diterima olehNya.

***

Kepada saudaraku seperjuangan, kepada saudaraku peni’mat dakwah, kepada saudaraku yang lebih memilih pahitnya dunia dibanding manisnya kehidupan, teruntuk seluruh mujahid-mujahidah segala zaman, sebercik tetasan cinta, cinta yang semoga turun dari RahmatNYA, cinta yang menjadi penyubur iman penumbang futur, semoga tetesan ini menjadi saksi kerja dakwah aku dan engkau.