“Menulis adalah nikmat termahal yang diberikan oleh Allah, ia juga sebagai perantara untuk memahami sesuatu. Tanpanya, agama tidak akan berdiri, kehidupan menjadi tidak terarah...” Qatâdah, Tafsîr al-Qurthûbî

Kamis, 11 Juli 2013

Aku Ingin Seperti Langit


Aku ingin seperti langit...
Cerah merekah menghiasi bumi
Gagah membuncah memayungi pertiwi
Indah tengadah menyenangkan sanubari

Aku ingin seperti langit...
Tangisnya sejuk menenteramkan bumi
Mendungnya teduh menenangkan hati

Aku ingin seperti langit...
Kebaikannya luas tak berujung
Cintanya tulus tak berhitung
Kelembutannya dalam tak berapung

Aku ingin seperti langit...
Memberi ni'mat seluruh ummat
Mengukir senyum seluruh kaum

Magetan, 2 Romadhon 1434 H 
00.05 WIB

Rabu, 10 Juli 2013

1 Romadhon 1434H ku


Allahu akbar, Allaahu akbar! Kumandang adzan maghrib terdengar nyaring dari speaker masjid terminal bus Maospati, Magetan. Pertanda telah datan bulan penuh rohmat, bulan penuh berkah, bulan Romadhon. Suasana hatiku masih tak menentu, awal romadhon kali ini aku tak merasakan special feeling seperti romadhon-romadhon sebelumnya. "Ya Robb, ada apa ini?", bisikku. 

Setelah beberapa menit duduk terdiam, kulihat lelaki berkopyah putih dengan sarung kotak-kota berjalan tergesa-gesa menuju masjid terminal. "Bapak!" panggilku. Pria parubaya itu hanya menoleh ke arahku lantas kembali melanjutkan perjalanannya tanpa menyapaku sepatah katapun. Beliau sedang tergesa-gesa karena tanggung jawabnya sebagai imam tarowih di salah satu masjid. Tapi aku yakin, sikapnya itu bukan karena marah padaku, itu karena prioritas.

Usai sholat maghrib, kami menuju tempat di mana mobil diparkir, sampai saat itu aku dan bapak belum memulai percakapan sepatah katapun. "Han, cepet", dengan nada biasa sang imam keluarga itu berkata padaku. Aku tak menjawab, sebab saat itu aku sedang sibuk dengan barang-barang bawaanku. Kulihat bapak sudah sampai gerbang terminal, sedang perjalananku baru sampai tengah-tengah terminal. Sang bapak membalikkan badan dan melihatku membawa dua tas lumayan berat. Beliau menghampiriku dan membawakan semua barang-barangku, aku tersenyum kecil. Lagi-lagi beliau berjalan lebih dulu dengan hentakan tergesa-gesa. Aku berlari, berusaha menyamakan langkah.

Sampai di dalam mobil, masing-masing dari kami mengatur posisi duduk. Bapak di bagian sopir, dan aku memilih duduk di kursi tengah. "Gak neng ngarep?" (gak di depan?), tanya bapak. "Mboten, mriki mawon" (tidak, di sini saja), jawabku.

Barulah ditengah perjalanan suasana menjadi cair, dugaanku benar, bapak memulai pembicaraan dengan mengutarakan posisinya saat itu. Bingung, tergesa-gesa, ditunggu orang banyak. Namun seumur hidupku, aku tak pernah melihat beliau marah, jadi aku yakin sebenarnya ini hanyalah masalah sepele bagi Bapak. "Huh, andai saja aku berangkat dari Jogja lebih awal, pasti nggak akan kayak gini", sesalku.

Sampai di rumah suasana sudah ramai, para tetangga transit di rumahku sebelum berangkat ke masjid bersama-sama, kebanyakan adalah anak-anak kecil teman bermain adikku. 

Sesi basa-basi usai, saatnya makan sebelum pergi ke masjid. Maklum, dari pagi aku tak makan sesuap nasipun. Nasi, bothok tempe dengan lauk telur dan tempe bagiku itu adalah makanan yang lebih dari cukup, enaknya super duper ni'maat. Setelah makan, aku membersihkan badan, keluar dari kamar mandi ,rumah sekejap kosong, sebelum adzan 'isya' berkumandang semua penghuni rumah sudah berangkat ke masjid. 

Usai berjalan beberapa meter, tibalah aku di masjid desa tempat di mana biasa aku dan keluarga sholat jama'ah. Allahumaftahli abwaba rohmatik, nyesssss, kaki kananku pertama menginjakkan masjid. Akhirnya nyess itu hadir. Romadhon benar-benar masuk di kalbuku. Yeaaaaaah, this is Romadhon!!! 

Lantas kulaksanakan sholat sunnah tahiyyat-ul masjid, masyaa Allah, rasanya beda dengan sholat-sholat biasanya, entahlah sampai-sampai aku tak bisa menggambarkan rasa ini. Sholat qobliyah 'isya', sholat 'isya' jama'ah, sholat ba'diyah 'isya' dan tibalah ibadah andal khusus bulan spesial, tarowih. "Allaahu akbar" (*takbirot-ul ikrom), seorang imam memimpin ibadah sunnah ini. Akhirnya air mataku luluh, jasad dan hatiku menangis, entah karena khusyu', atau karena terharu. Romadhon lagi-lagi menusuk mental dan spiritualku. Alhamdulillaah yaa Robb.

Magetan, 10 Juni 2013
1 Romadhon 1434 H

Jika semua yang kita kehendaki dapat dimiliki, darimana kita belajar ikhlas
Jika semua yang kita impikan segera terwujud, darimana kita belajar sabar
Jika setiap doa kita dikabulkan, bagaimana kita dapat belajar ikhtiar 

Seseorang yang dekat dengan Allah, bukan berarti tidak ada air mata
Seseorang yang taat kepada Allah, bukan berarti tidak ada kekurangan
Seseorang yang tekun berdoa, bukan berarti tidak ada masa sulit
Biarlah Allah yang berkehendak sepenuhnya atas hidup kita, karena Dia Maha Tahu apa yang tepat untuk memberikan yang terbaik.

Ketika kerja kita tidak dihargai, maka saat itu kita sedang belajar tentang ketulusan
Ketika usaha kita dinilai tidak penting, maka saat itu kita sedang belajar keikhlasan
Ketika hati terluka sangat dalam, maka saat itu kita sedang belajar tentang memaafkan

Ketika kita lelah dan kecewa, maka saat itu kita sedang belajar tentang kesungguhan
Ketika kita merasa sepi dan sendiri, maka saat itu kita sedang belajar tentang ketangguhan
Ketika kita harus membayar biaya yang sebenarnya tidak perlu kita tanggung, maka saat itu kita sedang belajar tentang kemurahan hati

Tetaplah semangat..
Tetaplah sabar….
Tetaplah tersenyum…..
Karena kita sedang menimba ilmu di Universitas Kehidupan.

Allah menaruh kita di tempat yang sekarang, bukan karena kebetulan.
Sesungguhnya orang yang hebat tidak dihasilkan melalui kemudahan, kesenangan, dan kenyamanan, namun mereka dibentuk melalui kesukaran, tantangan dan air mata.

Waiting


Menanti itu bukanlah satu penyiksaan..
Menanti itu juga bukan satu beban..
Jika kita menantinya dengan ikhlas..
Jika kita menantinya dengan penuh syukur

Sesungguhnya ALLAH TA'ALA sengaja menguji kita dengan melambatkan sesuatu yang kita dambakan..

Sebenarnya ALLAH telah mengatur sesuatu yang lebih baik untuk kita yang sedang menanti..

Menantilah dengan penuh kesabaran..
Menantilah dengan penuh keimanan..

Karena InsyaAllah ,

Akhir dari penantian itu adalah kebahagiaan..
Jangan pernah berhenti berdo’a dan meminta..karena ALLAH lah yang Maha Memberi..
Tetaplah menanti dengan sabar atas jawaban_NYA..
Karena janji ALLAH itu BENAR ..

Bagaimana kwalitas dirimu,begitu juga lah hasil yang akan engkau dapat kan..
Oleh karena itu dalam penantian ini jadikan diri mu baik,maka Insya Allah engkau akan mendapat kan yang terbaik juga....

YAKINLAH......



Senin, 08 Juli 2013

Bersabarlah...

Inilah mengapa aku enggan meminum obat ketika sakit, enggan berbicara kepada orang lain ketika masalah sedang melilit, atau sekedar mengeluh kepada orang tua ketika hidup ini terasa pahit.


" Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu kelelahan, penyakit, atau kesedihan. Bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahan karenanya" (HR. Bukhori)


Minggu, 07 Juli 2013

Love Letter



Pagi ini Allah memberiku sebuah hadiah manis lewat seorang sholihah sesama penghuni Daarul Firdaus (nama asrama). Pertama kali kubangun dan membuka mata, kulihat ada secarik kertas tergeletak di pojokan kamarku. Allaah :'( *lirihku

***

بسم الله الرحمان الرحيم

Ruang Rindu, 6 Juli '13

Apa kabarmu, sayangku? Adakah dirimu baik-baik saja?
Rasanya begitu lama aku tak melihatmu. 
Melihat keceriaanmu, melihatmu menghabiskan waktu bersamaku...
Sayangku... Kau begitu muda dan bersahaja, tak ada kekhawatiranku, kecuali satu, 'tak punya banyak waktu bersamamu'
Sayangku, rindu ini begitu dalam, kasih ini begitu tulus, ya... Ini fadhol-NYA...

Sayangku, jaga dirimu. Biarkan rindu ini beriring dengan robithoh pengobat rindu.

                                                                                                                 23.25

Subhanallah, ingin rasanya aku memeluknya, memberi suntikan cinta. Air mata ini tak bisa kubendung. Allah maafkan hamba jika akhir-akhir ini membuat semua memikirkan tentang keadaanku. Allah, katakan pada mereka, aku baik-baik saja.

***

Lantas segera kubuka pintu menuju kamar mandi, aku tak sabar ingin secepatnya membangun tahajjud cinta. Mendo'akan para sholih sholihah dunia. Semoga kita semua dipertemukan dalam jannahNya. Aamiin.


Yogyakarta, 7 Juni 2013, 04.40 WIB                                                                  

Sabtu, 06 Juli 2013

Tahaddu Tahabbu


Bismillaah..

Begitu lembutnya perangai Sang Idola Dunia, Rasulullah SAW. Perkataannya yang tersimpan menjadi hadits adalah bukti nyata betapa berharganya setiap ucapan yang beliau lontarkan. Dan salah satunya adalah "تهدوا تحابوا " (Tahaddu tahabbu), yang artinya saling memberilah hadiah, maka kalian akan saling mencintai.

Dan aku sendiri yang telah membuktikan keindahan cinta dari salah satu sunnah Rasul ini. Bagaimana dengan kamu? Share to me, guys *senyum

Wajahku Menganga Menatap CiptaanMU

Entah bagaimana aku mengekspresikan kekagumanku pada langit yang menjulang gagah nan indah itu. Subhanallaaah! waaaaawwww! maasyaaaa Allaah! arghh!!


Semua berawal ketika aku pertama kali naik pesawat dari Jakarta usai menghadiri konferensi berbasis internasional sekitar dua minggu yang lalu. Dari pengorbanan yang tak terlupakan, akhirnya kuputuskan untuk balik ke Jogja menggunakan pesawat. Nguuuuuuuuu, pesawat yang kutumpangi mulai naik ke atas. "Ya Allaah, aku menembus awan!", teriakku  dalam hati. Awan yang dulunya hanya bisa kuimajinasikan di sudut kekhusyu'an, kini aku melihatnya nyata tepat dihadapanku. Rasanya ingin memecahkan jendela pesawat, lalu keluar dan bermain-main dengan awan. Menulis, membaca, bahkan tidur di atas awan, ahh pasti menyenangkan.

Seketika ingatanku akan sebuah motto hidup mengeruak. Di atas langit, masih ada langit. Dulu pertama kali aku mendengar kalimat ini, rasanya sungguh ganjal, bagaimana ada langit di atas langit? bukankah Allah menciptakan langit hanya satu lapis saja? Namun aku sekarang mengerti, aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. 

Suatu hari, aku ingin pergi ketempat yang tak umum dikunjungi, lantas dari situ aku akan membuat sebaris motto, khusus untuk para pejuang mimpi.

Alhamdulillaah yaa Allah..

Maka Nikmat Tuhanmu Yang Manakah Yang Kamu Dustakan?” [Suroh Ar-Rohman : 13]

Yogyakarta, 6th Juny 2012, 6.30 am

Jumat, 05 Juli 2013

Tahan! Semua Kan Indah pada Waktunya



Bismillaah..

Perjalanan dari kampus sore tadi membuat saya merenung. Hidup memang ditakdirkan untuk menahan. Ya, menahan! Menahan dari segalanya, amarah, dengki, emosi, semua yang berhubungan dengan hati. Entah itu timbul karena perasaan sakit hati, atau penantian yang terasa lama, atau sekedar menahan lapar ketika berpuasa. Dan bisa jadi 99,9% dari 100% emosi yang kita miliki adalah emosi yang tumbuh karena keberhasilan setan dalam menggoda kita, bukan karena emosi yang timbul karena perintah Sang Pencipta, betul tidak??. Sekali lagi memang semua yang kita lakukan seyogyanya sangat menyangkut sebuah kata kerja, "menahan".

Dan kali ini saya akan bercerita tentang sebuah pengalaman nyata menyangkut kata kerja, "menahan". Check this out.

****
Jum'at sore usai berbuka puasa saya keluar kamar dan tidak seperti biasanya melihat mbak-mbak asrama (*maklum saya paling muda di asrama) nimbrung di teras kamar. Salah satu dari mereka ada yang mengundang saya ke majlis kecil itu (*pret, majlis apaan). Ternyata baru ketahuan, magnet yang membuat mereka bergerumul adalah roti bakar dan camilan (*orang Jawa menyebutnya klethikan). Karena saya dasarnya memang doyan semua makanan, tanpa pikir panjang saya berlari menuju TKP. 

Singkat cerita setelah beberapa menit ngobrol ngalor ngidul, ngetan ngulon, tiba-tiba ada salah satu mbak-mbak menghentikan percakapan. "Apaaaaa", "aaaaa", "subhanallaah", "tidaaaaak", begitulah kira-kira luapan ekspresi seluruh penghuni asrama usai mendengar berita bahwa salah satu santriwati Daarul Firdaus (*nama asrama saya) akan menikah bulan Agustus nanti. Kebetulan yang akan menikah ini adalah salah satu santriwati yang sedang menyelesaikan study pascasarsajana di universitas Negeri Yogyakarta, asli Jambi, keturunan Jawa, dan merupakan ketua asrama Daarul firdaus (*terus?). Ok, lanjut ke cerita. Setelah sesi haru biru, selanjutnya sesi sharing. Agar perbincangan tidak membuang waktu dan tidak keluar jalur, salah satu berinisiatif menjadi moderator dan mbak yang akan menikah itu tentu saja menjadi narasumbernya. cerita dari awal ketemu, ta'aruf, khitbah, bla bla bla, dilanjutkan tanya jawab, dan 'ibroh paling ngena adalah.........

" Ada suatu waktu di mana hati rindu, sangat amat rindu, rindu sedalam-dalamnya untuk menikah, namun bila Allah memang belum mengijinkan, maka sampai engkau berteriak dalam do'a pun Allah tetap tidak akan memberikan pasangan hidupmu saat itu. Dan ketika Allah sudah menjatuhkan waktu yang tepat dan terbaik untukmu menikah, maka saat hati tak rindu menikah pun, sang pujaan hati pilihan Allah akan datang kepadamu membawa janji suci. "

Yogyakarta, Jum'at 5 Juni 2012, 23.30 WIB