Diawali dari sebuah nasihat dari abi, "kalo mau pintar, kalo mau dapat rezeki yang barokah tiap hari baca QS.Al-waqi'ah." aku hanya memberikan sedikit respon, "hah!?". Lalu abi melanjutkan taujihnya "rezeki itu bukan hanya uang, mobil, rumah dll, tapi kesehatan, 'ilmu dan kefahaman, kebahagian adalah rezeki yang tak ternilai harganya dari Allah ". "Hana mungkin berfikiran nggak mungkin lulus tes fak.kedokteran, ato fakultas terbaik lainnya, tapi ingat semua itu bukan karena kecerdasan yang utama, tapi Allah lah yang utama" lanjut abi. Aku hanya mangguk-mangguk. "sudah abi mau ke masjid" laki-laki mulia itu menutup pidato kecilnya.
Selang beberapa waktu aku merenungi perkataan abi tadi. Nggak ada salahnya mengamalkan sesuatu yang ihsan hehe ;D okelah, ba'da shubuh stelah sorok hafalan, aku baca surat al-Waqi'ah. rasanya biasa saja seperti bacaan qur'an lainnya pikirku. Seminggu setelah terbiasa membaca al-Waqi'ah aku mulai hafal ayat-ayatnya. Namun di tengah perjalanan kebiasaanku itu, aku mulai tidak rutin karena harus mengerjakan tugas sekolah yang belum tuntas.
Tibalah ulangan semester pertamaku di SMA. Setelah seminggu penuh otakku diperas dengan hafalan rumus-rumus yang rumit, beberapa hari kemudian pengabilan rapot dilaksanakan. Dalam hati aku berkata "pasti lewat amalanku pada surat al-Waqiah Allah memberiku rezeki juara 10 besar ^_^". Setelah sholat dhuha aku mondar-mandir menunggu kedatangan rapot ulangan semester pertamaku yang di bawa oleh ummi. Tin tiiiin, suara bel motor yang dikendarai ummi terdengar jelas ditelingaku. "nah itu rapotku datang :)". kubuka halaman kedua, rata-rata nilaiku 81,47. "ummiii ak dapet ranking berapa?" tanyaku penasaran. "Hana nggak dapet ranking, tadi ummi lihat di papan tulis nama Hana ngggak ada". JEDAAARRRRRR kecewa hati ini. Karena semasa SMP aku sering dapat ranking walau hanya sepuluh besar.
Semangatku tambah membara atas kejadian ini. Ku tambah jadwalku membaca qur'an dan tak lupa rutinitas surat al-Wqi'ah ku. Namun kuakui waktu belajarku berkurang karena kupilih diri ini sebagai organisator dan aktivis dakwah. Hari mendebarkan kedua tiba, yakni pengumuman nilai rapot semester dua. Ada senyuman di hati, walau tidak menggait rangking sepuluh besar, rata-rata nilaiku naik menjadi 84,74. Sujud syukur kupersembahkan kepada Allah sang maha pemurah.
Naik di kelas 2 SMA malah semangatku untuk mendapat juara mulai berkurang. Aku lebih fokus pada kegiatan-kegiatan organisasi dan keislaman. Bahkan waktu belajar malam kuganti dengan belajar bahasa arab dan membaca kitab-kitab yang jelas-jelas tidak akan keluar dalam ulangan semester nanti. Aku rasa ini hidayah dari Allah subhanahu wa ta'ala, Allah maha suci dan tinggi. Imanku bertambah kuota, sangat bertambah. Pelajaran sekolah aku mulai bosan, pelajaran tentang dinnul islam tambah aku sukai. Bahkan sering diri ini menangis karena iman dalam jasmani.
Suatu hari setelah pulang dari les fisika, yaa sekitar pukul 16.00, aku diajak ummi ikut pengajian. Tanpa pikir panjang, aku mengiyakan. Kami sampai ditempat pengajian 5 menit kemudian. Terlambat 10 menit. setelah membaca sholawat, tiba-tiba oleh mudhir aku diminta mengisi pengajian itu. Apa?? batinku. Ya karena dipaksa baiklah. 2 menit setelah aku membuka kajian, tiba-tiba sesuatu yang tak kusengaja, sesuatu yang tak kuinginkan terjadi. Hatiku berdebar kencang, air mataku tiba-tiba luluh. Ya, aku menangis. Dan ini bukan tangisan biasa. Aku terus berbicara walau dalam keadaan menangis. "Allah, apakah ini hadiah untukku atas keimanan yang bertambah?" pikirku dalam kati. Kulanjutkan dengan mengisi pengajian lewat kutipan kitab Fadhilah Amal, kali ini kupilih tema tentang Keutamaan Sholat. Tangisku belum berhenti, entah mengapa. Bahkan saat membacakan ayat Ilahi, tangisku semakin keras, bahkan sampai sesenggukan. Aku tak tau bagaimana ekspresi para hadirin saat itu. Aku hanya fokus pada materi yang kusampaikan saat itu. Hari itu terasa lama. ---> "wassalamu'alaykum wr.wb" kututup tausyah sore itu sambil sentrup-sentrup karena menangis. Selesai sudah sudah tugasku. Walaupun sepanjang penyampaian materi aku menangis, tapi kurasa ibu-ibu dan akhwat lainnya mengerti apa yang aku sampaikan. Inilah pengalamanku pertama kali menyampaikan tausyiah dengan linangan air mata.
Tidak hanya Qs.al-Waqi'ah yang aku tambah jadwal bacanya, mengkhatamkan al-Qur'an, tahfidzul qur'an, juga kutambah. Bahkan ba'da shubuh yassin juga masuk dalam daftar bacaan rutin pagiku.
Jreng jreeeeng... hasilnya sungguh memukau kawaaan!!!!! Ulangan semester 1 kelas 2 ini aku dapat juara 7! Bukan itu saja, Allah memberikanku rezeki yang bertubi-tubi! Uang ($_$), yang terkira, teman yang mulia ^^, 'ilmu agama yg bertambah luas, aku juga diamanahi sebagai Korwat atau Koordinator Akhwat di Rohis SMA, sampai dengan hafalan qur'anku. Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah. Semoga hari berikutnya Allah senantiasa memberi hidayahNya dari manusia yang hina ini.
Selang beberapa waktu aku merenungi perkataan abi tadi. Nggak ada salahnya mengamalkan sesuatu yang ihsan hehe ;D okelah, ba'da shubuh stelah sorok hafalan, aku baca surat al-Waqi'ah. rasanya biasa saja seperti bacaan qur'an lainnya pikirku. Seminggu setelah terbiasa membaca al-Waqi'ah aku mulai hafal ayat-ayatnya. Namun di tengah perjalanan kebiasaanku itu, aku mulai tidak rutin karena harus mengerjakan tugas sekolah yang belum tuntas.
Tibalah ulangan semester pertamaku di SMA. Setelah seminggu penuh otakku diperas dengan hafalan rumus-rumus yang rumit, beberapa hari kemudian pengabilan rapot dilaksanakan. Dalam hati aku berkata "pasti lewat amalanku pada surat al-Waqiah Allah memberiku rezeki juara 10 besar ^_^". Setelah sholat dhuha aku mondar-mandir menunggu kedatangan rapot ulangan semester pertamaku yang di bawa oleh ummi. Tin tiiiin, suara bel motor yang dikendarai ummi terdengar jelas ditelingaku. "nah itu rapotku datang :)". kubuka halaman kedua, rata-rata nilaiku 81,47. "ummiii ak dapet ranking berapa?" tanyaku penasaran. "Hana nggak dapet ranking, tadi ummi lihat di papan tulis nama Hana ngggak ada". JEDAAARRRRRR kecewa hati ini. Karena semasa SMP aku sering dapat ranking walau hanya sepuluh besar.
Semangatku tambah membara atas kejadian ini. Ku tambah jadwalku membaca qur'an dan tak lupa rutinitas surat al-Wqi'ah ku. Namun kuakui waktu belajarku berkurang karena kupilih diri ini sebagai organisator dan aktivis dakwah. Hari mendebarkan kedua tiba, yakni pengumuman nilai rapot semester dua. Ada senyuman di hati, walau tidak menggait rangking sepuluh besar, rata-rata nilaiku naik menjadi 84,74. Sujud syukur kupersembahkan kepada Allah sang maha pemurah.
Naik di kelas 2 SMA malah semangatku untuk mendapat juara mulai berkurang. Aku lebih fokus pada kegiatan-kegiatan organisasi dan keislaman. Bahkan waktu belajar malam kuganti dengan belajar bahasa arab dan membaca kitab-kitab yang jelas-jelas tidak akan keluar dalam ulangan semester nanti. Aku rasa ini hidayah dari Allah subhanahu wa ta'ala, Allah maha suci dan tinggi. Imanku bertambah kuota, sangat bertambah. Pelajaran sekolah aku mulai bosan, pelajaran tentang dinnul islam tambah aku sukai. Bahkan sering diri ini menangis karena iman dalam jasmani.
Suatu hari setelah pulang dari les fisika, yaa sekitar pukul 16.00, aku diajak ummi ikut pengajian. Tanpa pikir panjang, aku mengiyakan. Kami sampai ditempat pengajian 5 menit kemudian. Terlambat 10 menit. setelah membaca sholawat, tiba-tiba oleh mudhir aku diminta mengisi pengajian itu. Apa?? batinku. Ya karena dipaksa baiklah. 2 menit setelah aku membuka kajian, tiba-tiba sesuatu yang tak kusengaja, sesuatu yang tak kuinginkan terjadi. Hatiku berdebar kencang, air mataku tiba-tiba luluh. Ya, aku menangis. Dan ini bukan tangisan biasa. Aku terus berbicara walau dalam keadaan menangis. "Allah, apakah ini hadiah untukku atas keimanan yang bertambah?" pikirku dalam kati. Kulanjutkan dengan mengisi pengajian lewat kutipan kitab Fadhilah Amal, kali ini kupilih tema tentang Keutamaan Sholat. Tangisku belum berhenti, entah mengapa. Bahkan saat membacakan ayat Ilahi, tangisku semakin keras, bahkan sampai sesenggukan. Aku tak tau bagaimana ekspresi para hadirin saat itu. Aku hanya fokus pada materi yang kusampaikan saat itu. Hari itu terasa lama. ---> "wassalamu'alaykum wr.wb" kututup tausyah sore itu sambil sentrup-sentrup karena menangis. Selesai sudah sudah tugasku. Walaupun sepanjang penyampaian materi aku menangis, tapi kurasa ibu-ibu dan akhwat lainnya mengerti apa yang aku sampaikan. Inilah pengalamanku pertama kali menyampaikan tausyiah dengan linangan air mata.
Tidak hanya Qs.al-Waqi'ah yang aku tambah jadwal bacanya, mengkhatamkan al-Qur'an, tahfidzul qur'an, juga kutambah. Bahkan ba'da shubuh yassin juga masuk dalam daftar bacaan rutin pagiku.
Jreng jreeeeng... hasilnya sungguh memukau kawaaan!!!!! Ulangan semester 1 kelas 2 ini aku dapat juara 7! Bukan itu saja, Allah memberikanku rezeki yang bertubi-tubi! Uang ($_$), yang terkira, teman yang mulia ^^, 'ilmu agama yg bertambah luas, aku juga diamanahi sebagai Korwat atau Koordinator Akhwat di Rohis SMA, sampai dengan hafalan qur'anku. Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah. Semoga hari berikutnya Allah senantiasa memberi hidayahNya dari manusia yang hina ini.
-----
Kutulis pengalamanku ini dengan sepenuh hati, di bawah sinar bulan purnama... Tiada sepercikpun niat menyombomngkan diri. Aku hanya ingin kita semua mendapat hidayahNya, dan setelah itu rasakan kasih sayangNya yang begitu dalam.
MasyaAllah ukhti, sy ikut terharu.. sy jg mengamalkan QS. Al-Waqi'ah, awal2 emang seperti membaca Qur'an biasa tp semakin kesini cobaan kian besar kadang ada rasa putus asa
BalasHapustetep semangat dan istiqomah, insyaaa Allaah barokah :D
BalasHapus