“Menulis adalah nikmat termahal yang diberikan oleh Allah, ia juga sebagai perantara untuk memahami sesuatu. Tanpanya, agama tidak akan berdiri, kehidupan menjadi tidak terarah...” Qatâdah, Tafsîr al-Qurthûbî

Kamis, 18 Desember 2014

Pentingnya Bepikir Positif bagi Kehidupan Manusia



Disusun oleh : Fatkhul Sani Rohana          

Berpikir positif adalah suatu sikap atau perilaku yang melahirkan cara pandang manusia untuk senantiasa positif dalam menghadapi kondisi kehidupan. Berpikir positif di sini merupakan salah satu dasar atau tahap awal dalam mencapai keberhasilan. Dan yang terpenting setelah kita memiliki pikiran yang positif adalah melakukan usaha-usaha. Sebuah usaha akan terhenti sia-sia jika pada awalnya tidak memiliki pikiran yang positif. Maka betapa pentingnya berpikir positif dalam tahap mencapai keberhasilan.

Manfaat berpikir positif antara lain mengatasi stres, menjaga kesehatan, karena dengan berpikir positif tubuh kita akan lebih banyak menerima sinyal positif yang akhirnya otot tidak mengalami ketegangan, tidak timbul kecemasan bahkan keletihan, sehingga tidur menjadi nyenyak dan tidak mudah mengalami depresi. Manfaat berpikir positif lainnya adalah memberi rasa nyaman pada orang lain, membentuk karakter percaya diri dan hidup lebih bahagia sebab yang ada dalam hidup hanya ceria, sehat, dan sukses. 

Untuk memperkuat pernyataan besarnya peran berpikir positif bagi kehidupan manusia, berikut akan saya tunjukkan hasil pengamatan saya tentang air dan energi positif yang mampu diterimanya. Pada konsep terbentuknya manusia, telur yang dibuahi 96%-nya adalah air. Setelah lahir, 80% tubuh seorang bayi adalah air. Semakin tubuh manusia berkembang, presentase air berkurang dan menetap sampai batas 70% ketika manusia mencapai usia dewasa. Dengan kata lain, selama ini kita hidup sebagai air. Jadi, sebenarnya manusia adalah air. Kemudian dalam bukunya berjudul The True Power of Water, Masaru Emoto mengatakan bahwa kualitas air bergantung pada informasi yang diterimanya, konsekuensi logisnya adalah manusia – sebagai makhluk yang sebagian besarnya terbentuk dari air – sudah seharusnya diberikan informasi yang baik. Jika kita melakukan hal ini, pikiran dan tubuh kita akan menjadi sehat. Di pihak lain, jika kita menerima informasi yang buruk, kita akan merasakan sakit.[1] Dari pernyataan tersebut kemudian saya melakukan penelitian terhadap nasi yang sama-sama memiliki kandungan air di dalamnya sebagaimana juga manusia.


Pada tanggal 15 Oktober 2013 saya meletakkan 4 sendok nasi dengan kondisi yang sama di dalam dua toples berbeda. Toples dengan tutup berwarna biru saya beri tulisan berbahasa arab “jamilah” yang memiliki arti positif yakni cantik, indah, menyenangkan. Sedangkan tutup berwarna merah muda saya beri tulisan “majnun” yang memiliki arti negatif yaitu gila, bodoh, sakit pikiran, dungu.



 
Sekitar dua minggu kemudian, tepatnya pada tanggal 27 Oktober 2013 saya membuka kedua tutup toples yang sama-sama terisi nasi tersebut. Sebuah hasil menunjukkan bahwa toples yang diberi tulisan jamilah memiliki jamur yang indah dengan warna dasar adalah putih. Sedangkan toples dengan tulisan majnun di dalamnya, memberikan pemandangan buruk di mana seluruh lapisan nasi ditumbuhi jamur berwarna hitam pekat.

Dari korelasi antara beberapa teori dengan hasil percobaan saya tentang pentingnya berpikir positif, dapat disimpulkan bahwa sebagaimana nasi yang terdiri dari 50% lebih kadar air, tubuh manusia juga memerlukan energi baik berupa pikiran yang positif untuk membantu memberi semangat dan asupan tenaga dalam proses mencapai keberhasilan di kehidupan nyata sehari-hari. Merujuk pada perkataan seorang penyair bernama Ralph Waldo Emerson bahwa tanpa semangat tak ada pekerjaan besar yang dapat diciptakan. Dari kata-kata mutiara tersebut dapat kita pastikan betapa tidak produktifnya seseorang  ketika energi positif sebagai embrio semangat tidak ada dalam dirinya.
           

Daftar Pustaka

Emoto, Masaru. 2006. The True Power of  Water. Bandung: MQ Publishing.
Wibisono, Koento. 1990. Renungan Pribadi dalam Rangkuman 5000 Mutiara Hikmah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Gunawan, Adi W. 2009. Quantum Life Transformation. Jakarta: PT. Gramedia      Pustaka Utama.



[1]  Masaru Emoto, The True Power of Water, (Bandung: MQ Publishing, 2006) hal. 19

Kamis, 04 Desember 2014

Reflection

 Saya belajar dari nasihat seseorang. Kemudian saya renungkan, dan hasilnya semakin dewasa usia seseorang, maka semakin Ia merasa bertambahnya beban hidup atau masalah yang dihadapi. Hal ini terjadi di saat pikiran negatif lebih menguasai daripada pikiran positif. Andaikan saja segalanya dapat dilihat dari sudut pandang yang positif, maka musibah menjadi ni'mat, benci menjadi cinta, amarah menjadi rindu.

1. Di saat raga merasa letih dan penat, maka sadarlah ternyata kita memiliki tenaga lebih untuk bekerja keras
2. Ketika perjuangan terasa tak dihargai, maka ingatlah bahwa setiap kebaikan bernilai sedekah
3. Kala tubuh sedang tak enak karena sakit, maka berpikirlah bahwa Tuhan masih memberi kita hidup sehingga kita merasakan ni'matnya sakit
4. Di waktu kesal menanti seseorang, maka sadarlah bahwa Tuhan telah memberi sifat penyabar pada diri kita
5. Saat saudara kandungmu menjahilimu hingga kalian bertengkar dan merasa jengkel, maka ingatlah bahwa mereka telah memilih bermain bersamamu ketimbang dengan orang lain
6. Kala tugas kuliah atau sekolah atau rumah tangga terasa menumpuk dan tak tau darimana harus memulai, maka ketauhilah bahwa segala usaha yang kau lakukan itu bukan hanya untuk dirimu, namun untuk kebahagiaan orang tuamu, masa depan orang-orang yang paling kau sayangi
7. Ketika orang yang lebih tua menasihati atau bahkan memarahi kita, maka sadarlah bahwa mereka masih sayang dan peduli terhadap kita
8. Saat makanan terasa hambar, maka ingatlah bahwa kita masih punya mulut, lidah, gigi untuk merasakan kecapakan
9. Kala dosa terasa melumuri seluruh jiwa, maka tak sadarkah kita? bahwa Allah masih membuka hati kita untuk sadar dan bertaubat