“Menulis adalah nikmat termahal yang diberikan oleh Allah, ia juga sebagai perantara untuk memahami sesuatu. Tanpanya, agama tidak akan berdiri, kehidupan menjadi tidak terarah...” Qatâdah, Tafsîr al-Qurthûbî

Selasa, 13 Desember 2016

Being Part of Beswan Djarum

Salah satu yg memberi warna kehidupan saya adalah Djarum Foundation. Mengajarkan begitu banyak hal tentang toleransi, menghargai, berbagi, serta saling mencintai.

Di balik semua itu,  kami semakin digodok untuk total mencintai negeri!

Hal sepele yang sebenarnya bagian dari perjuangan membela NKRI adalah tidak menunda-nunda waktu walau sehari, membangun kokohnya percaya diri dan luasnya relasi, yang paling penting semua dibalut oleh masing-masing unsur religi.

Harapannya tumbuhlah generasi yg berdikari,  tidak mudah terombang-ambing carut marut identitas dan kondisi.

Terima kasih atas kenangan syahdu melantunkan lagu Indonesia Raya di bumi pertiwi, di tengah hutan pinus ditemani biji-biji kenari. Lalu berbagai kenangan menantang mengarungi ketinggian dg seutas tali, meneguk cairan lumpur demi terasahnya ketangguhan diri. Ada lagi setiap detik waktu yg senantiasa dihitungi agar kebiasaan terlambat dpat dihindari. Kmudian berperan bersama menyatu dg berbagai sahabat dari seluruh penjuru negeri. Tak kalah pentingnya pelajaran bagaimana menjadi pembicara dan pendengar yg baik agar audience tak tersakiti. And all of touching memories that I can't tell one by one here.

Apa kabar kabar beswan Djarum hari inii?
LUAR BIASA, FANTASTIS, YESS 3x, Beswan Beswan Djarum YESS!!

Bermaulid dengan Kisah

Setahun silam betapa beruntungnya saya menjadi satu dari empat Beswan terpilih regional @uinsunankalijaga .. Pasalnya dari sekitar 500 peserta ujian tulis UIN Jogja dengan segudang prestasi mereka, tak dinyana saya lolos tahap demi tahap dan diterima.

Namun dibalik keberhasilan tentu ada perjuangan atau bahasa temen2 pndok,  tirakat (yaa meski amat sangat tdk bisa dibandingkan dg tirakat sekelas jundi-jundinya Gusti Allah).

Malam sebelum tes tulis, saya menangis di sudut kamar, maksud hati ingin belajar mempersiapkan TPA namun namanya hidup bersama di pesantren, tak ada ruangan pribadi, kbetulan saat itu smua ruang ramai karena kbetulan banyak santri baru, alhasil saya tidak bisa konsentrasi dan ujung2nya mewek.

Alat tulis pun saya tak punya, mendadak masuk dari satu kamar ke kamar lainnya utk meminjam penghapus dan dua buah pensil sbg cadangan.

Belum berhenti sampai di situ, paginya saya harus putar ke area kampus dulu menghampiri teman karena saya belum tau dimana tempat tes berada sekaligus meminjam almamater. Na'asnya ditengah jalan (mantan) hp saya kambuh. Tiba2 mati dan dipastikan tidak bisa nyala dlm waktu ckup lama. Waktu semakin mepet, saya menusuri gang2 mencari2 kberadaan teman saya dan masih saja tak ketemu. Saya sudah hampir putus asa, sepertinya memang belum ditakdirkan utk mengikuti tes @beasiswadjarum . Bagaimana tidak,  tempat tak tau,  almamater tak punya. Akhirnya saya putuskan kembali pulang. Eh ndilalah saya berpapasan dg teman yg saya cari. Senangnyaa bukan main! Lantas kami ngebut, segera menuju venue.

Tibanya di sana, ribuan mahasiswa dr berbagai universitas di Jogja terlihat riuh berbincang, ada yg foto2, ada yg nongkrong di atas mobilnya, ada yg blajar, dsb. Nyali saya menciut duluan. Tapi saya teringat pesan Bapak bhwa tak ada yg bisa mengalahkan do'a dan sholawat. Maka di tengah kesibukan mreka menanti tes di mulai, saya memilih duduk jongkok sembari menunduk membisikkan sholawat.

Sampai pd akhirnya kami dipersilahkan memasuki ruangan. Saya memilih duduk paling depan, sejenak kutengok ke belakang, barisan UIN sungguh luar biasa banyak.

Ada Si Ketua BEM,  ada Si Ahli Matematika,  ada Si Rajin, dan Si Tukang Bantai di kelas.  Semua semakin membuat saya berdebar dan turun nyali. Sholawat tambah semangat saya lakoni. Tahap demi tahap kemudian terlalui,  sekitar 3 jam dan tentu setiap selang waktu tak pernah henti Sholawat pd Kanjeng Nabi. Kmudian kami diberi waktu satu jam utk menanti pengumuman tahap interview. Saya memutuskan utk manut gerombolan teman, menanti di mall tak jauh dari lokasi. Slama di pusat perbelanjaan itu hati saya tak tenang, meski saya yakin tak lolos,  tapi Sholawat tetap lirih di hati.

Waktu yg dinanti tiba, pengumuman tahap interview. Dari UIN sendiri diambil skitar 16 peserta.  Dan ternyata salah satunya adl saya.  Serta merta saya lari keluar ruangan utk sujud syukur

Hingga sampai pd waktu interview,  smua teman2 saya latihan berbicara, saya berdiri diam di depan pintu sambil tak putus mengharap syafa'at dari Rosulillah. Seluruh interviewer pula tak lupa saya tawassuli.

Satu stengah jam kmudian giliran saya masuk. Awalnya suasana terlihat mencekam,  namun lama kelamaan mencair dg berjalannya alur interview saya. Bapak berpakaian necis dg rambut rapi di hadapan saya ternyata tertarik tntg kehidupan saya sbg mahasiswa dan santri. Dan tiba pd satu pertanyaan yg entah membuat saya menangis sendu seketika. He asked me about children in Indonesia. Saya hanya merasa belum ada yg bisa saya perbuat utk generasi ini, namun setidaknya memperkenalkan mreka dg Tamatu (karakter bonek yg saya ciptakan sndiri) mnjdi upaya membangkitkan semangat dan motivasi sejak dini. Inti dari interview ini pokoknya saya pengen lagi!  Haha

Beberapa minggu kemudian pengumuman beasiswa bergengsi pertama yg saya alami. Saya dan tiga teman lainnya dari UIN Jogja dinyatakan lolos.

Itu mengapa saya bisa berdiri, berbicara dihadapan para intelektual negeri, menyampaikan gagasan dan mimpi. Aaah semua ini benar2 membuat saya bersholawat lagi, lagi dan lagi.

Shollu 'alanNabi Muhammad!