“Menulis adalah nikmat termahal yang diberikan oleh Allah, ia juga sebagai perantara untuk memahami sesuatu. Tanpanya, agama tidak akan berdiri, kehidupan menjadi tidak terarah...” Qatâdah, Tafsîr al-Qurthûbî

Senin, 27 April 2015

Do'a dalam Hati

Sudah kesekian kalinya saya menghadiri wisuda, namun wisuda kali ini ada segumpal gejolak dalam dada. "Duh Gusti kapan kulo lulus", sembari nangis-nangis bawang. Tetiba teringat peristiwa pindah jurusan, saya jadi makin pengen cepet lulus. Di tambah Mbak Vivi (teman satu asrama di Daarul Firdaus) dalam waktu 3,4 tahun sudah jadi sarjana pendidikan ikut-ikut mampir di pikiran. 

Tak ada yang perlu disesali, sekarang yang terpenting adalah saling mendo'akan. Semoga saya dan anda-anda yang belum wisuda bisa cepet ketularan. Semangat perbaikan!!!!


wisuda Mbak Vivi bersama alumni dan mahasantri DF



Krapyak, Yogyakarta, 27 April 2015, 00.55 WIB

Minggu, 26 April 2015

Mie Ayam dan Persaudaraan


Ini bukan lagi cerita mie ayam pingsan, Sabtu lalu setelah penundaan panjang, akhirnya kami mengadakan pertemuan. Gelak tawa, canda, pekik ceria terukir dari wajah-wajah segerombol mahasiswi meski sedang kelaparan. Walaupun ini adalah gathering baru kali pertama, rasanya hati kita telah terikat semenjak dahulu lama.


Sari klenger gegara laper

Perkenalkan ini saudara seiman saya namanya Sari, dia lucu, unik dan hidupnya penuh semangat. Bagaimana tidak, tiap harinya ia harus menaiki sepeda pancal dari Klaten menuju kampus UIN Jogja. Ah, it's not a big deal for her, yang terpenting cari ilmu !


 nggaya dulu sebelum makan


Paling kanan ada Nuri. Si anak kos Sapen ini jago akuntansi dan kalo lagi laper gak boleh di ajak bicara. Di warung mie ayam inilah kedekatan saya dan dia semakin erat terjalin karena sebelum-sebelumnya jika kita bertemu hanya sekedar bertegur sapa.



Desty dan Rina

Yang ini Desty dan Rina, mereka berdua itu seperti Saipul Jamil, dikit-dikit nyanyi. Tapi itu yang membuat suasana hati saya makin bungah. Pokoknya hilang segala lara saat mereka berdua mendendangkan lagu sembari berwajah ceria.
 

syelamat makaan

Dan yang terakhir, mie ayam sapen siap melepas lapar, membuat suasana ramai menjadi bungkam, perut kosong menjelma kenyang nyam nyam nyaaaam...



Krapyak, 27 April 2015, 00.18  WIB

Jumat, 24 April 2015

Jedaaar!

Mimpi apa aku semalam, tetiba usai make a date, aku disodori secarik kertas beserta notenya oleh salah seorang pengurus senior. Mereka mencalonkanku menjadi ketua pondok. "Apa-apaan iniiiii", gejolakku bergemuruh tak karuan. 

Aku hanya santri baru  dan gadis ingusan. Tak jarang saat ngaji kitab sering ketiduran. Di pondok juga bisanya pencicilan. Aku ini mantan pengurus juga bukan, ilmu apalagi, jelas-jelas pas-pasan. "Mbak, aku emoh, kok iso aku?!!!! aku emoh, aku emoh, aku emooh!", beringasku. "E, ini suara rakyat, aku dulu juga gitu, kamu inget nggak ngendikane Bu Nyai kemarin?", jawab Si Ketua Pondok dengan logat Banyuwangi-nya. "Tapi tanya dulu kek kesanggupan calon ketua, nggak asal nunjuk", aku kembali ngeyel. "Nggak bisa, sesuai tata tertib emang gitu, besok ya orasi..", gadis yang biasa kupanggil Mbak Firda itu menanggapi santai tanpa memperdulikan kegundahanku.

Malam ini hujan menderu, hati dan pikiranku tak dapat menyatu, inikah jawaban tawassul kala itu?


Yogyakarta, 24 April 2015, 21.56 WIB

Malam Jum'at

Malam Jum'at kata orang banyak barakah. Segala kebaikan jadi ziyadah. Kyai dan santri seantero wilayah berbondong-bondong membaca diba' dan mujahadah. Sebagian lagi memilih membaca Al-Qur'an surat-surat pilihan selaku anjuran sunnah

Terbangunlah aku di pagi petang Kamis kemarin. Melakukan rutinitas biasa tanpa aba-aba, semua mengalir apa adanya. Karena beberapa kejadian akibat menurunya daya konsentrasiku akhir-akhir ini, kuputuskan tidak puasa. Mentari cerah merekah, aku sarapan, mandi, make a date with God, corat-coret, ngalor-ngidul intinya kepala pusing dan rada males kuliah.

Agak siang lapar mendera, dasarnya memang malas keluar, alhasil lapar terus terasa hingga menjalar.  Sampai dzuhur pun tiba, aku pergi jama'ah ke masjid. Di tengah jalan kutemui seekor anak kucing asik ngrikiti bangkai tikus tak berdaging. Asharnya aku kembali ke masjid dan Si Meong masih saja berkutat dengan bangkai tikusnya. Flat. Kejadian hari ini terasa sedikit datar, lapar dan kurang menggelora. Sebelum kutinggalkan masjid, diakhir do'a kuselipkan rangkaian permohonan cinta.

I think, the real 'malam Jum'at' is coming, kata orang bijak sih banyak barakah. Segala kebaikan jadi ziyadah. Kyai dan santri seantero wilayah berbondong-bondong membaca diba' dan mujahadah. Sebagian lagi memilih membaca Al-Qur'an surat-surat pilihan selaku anjuran sunnah.

Sepulang jama'ah maghrib, aku makan siang merangkap sore dengan menu dan porsi pondok yang tak jauh beda dari biasanya, plus tambahan sayur asem hasil aku menitip mbak-mbak pondok saat mereka keluar cari lauk, alhamdulillah merasakan kenyang akhirnya. Belum habis jatah nasi box, aku dikagetkan dengan sekantong plastik ajaib berisi makanan, lengkap dengan krupuknya. Ini dari Mbak Sita komplek R1. Eh bukan! Ini min fadhli Rabbi lewat perantara dia. Berkah tak hanya sampai di sini, masih dalam keadaan bingung bagaimana kuhabiskan makanan itu, aku kembali disodori jajanan khas anak-anak sekolah dasar. "Ya Allah, its more than enough", batinku.

Merangkak cerita selanjutnya, ba'da 'isya' tepat pukul 8 lebih, acara rutin diba'an malam itu diganti dengan pembacaan shalawat nariyyah bersama dipimpin langsung Bu Nyai Ida Fatimah. Mushalla pun penuh sesak santri komplek R. Tak sampai satu menit setelah sepasang mata menyorot ke seluruh sudut ruang, akhirnya kutemukan space kosong untuk duduk. Ah, begitu syahdu semalam. Seluruh bibir komat-kamit membaca shalawat teruntuk Manusia Termulai Teramanah, Nabi Muhammad Shallallahu 'alayhi wasallam. Kekhusyu'an semakin lekat mendekap manakala beberapa butir shalawat yang terakhir dibacakan dengan suara keras dipadu dengan lagu khas shalawat nariyyah di pesantren-pesantren. Kepalaku semakin merunduk, mahabbah dan rindu jatuh ke relung jiwaku sedalam-dalamnya. Keluarlah air mata tanda cinta kepada Rasul dan Sang Pencipta. Aku menangis tiada habis.

Bila minggu-minggu sebelumnya setelah acara pembacaan diba' dan shalawat adalah usai, maka malam itu diteruskan dengan salah satu agenda besar pondok khususnya untuk santri komplek R2, yakni LPJ Kepengurusan serta sidang rapat Tata tertib dan AD/ART. Di tengah penyampaian sambutan oleh Ibu Nyai Ida, ada tiga kepala bergantian berbisik pelan kepadaku, memaksa menjadikanku ketua sidang di agenda malam Jum'at itu. Seribu satu alasan penolakan dariku tak digubris, dari kejauhan bahkan Bu Ketua Pondok sambil melotot mengerang memerintahkanku sami'na wa-atha'na. Bagaimana aku tak menolak, pengurus madin bukan, pengurus kesantrian juga bukan, santri senior apalagi, aku hanya gadis kemarin sore yang numpang tidur di komplek R2. Kalau kata sebuah lirik dangdut sih, aku mah apa atuuh. Akhir cerita, mereka tetap bersikukuh dan akupun menjadi luluh.

Sekitar pukul 9 malam acara sidang kubuka. Cukup kriting bibir ini memimpin sekaligus membacakan puluhan Bab dan ayat dari pasal Tata Tertib sekaligus AD/ART pondok. Belum lagi jika ada ketidaksetujuan mengenai isi pembahasan sidang.

Agenda Rapat Tahunan Pondok Komplek R2 PP. Al-Munawwir, Krapyak, Yogyakarta

Alhamdulillah usai melalui perdebatan dan musyawarah yang panjang, pukul 11 lebih sidang dapat kututup. Sebenarnya masih ada agenda LPJ namun karena kurangnya waktu, maka ditunda hingga malam selanjutnya. Begitu antusiasnya wajah-wajah mengantuk (bahkan ada yang bangun tidur) di hadapan saya, pasti mereka ingin segera sampai kamar dan menuntaskan hasrat tidur yang sedari tadi tertahan.

Di mushalla pun tinggal tersisa para tetua-tetua. Setelah urusan dengan sekretaris sidang kelar, aku bergegas kembali ke kamar. Belum sampai langkahku di mulut pintu mushalla, aku dihadang satu kardus besar berisi nasi kotak dengan lauk ayam. Rupanya Bu Ketua Pondok yang mau lengser itu, sedang milad entah keberapa tahun. Nasi kotak sudah di tangan, ku ucapkan terima kasih dan ingin rasanya segera keluar dari keramaian, "Mbak Firdaa, makasih ya, selamat hari lahir, mugo-mogo barakah, cepet nikah dan sakinah, eh jo lali terus istighosah", sembari menjabat tangan, gadis yang sudah hafal 30 juz itu tersenyum ceria menimpal ucapanku, "aamiin, iya aamiin, haha, makasih ya".

Sampailah aku di kamar, teringat lagi sebungkus nasi dari Mbak Sita. Allahu Ya Rabb, betapa besar ni'matMu, ini sudah lebih dari cukup bagiku. Berlari penuh gembira kutawarkan 'nasi goreng bahagia' ke kamar tetangga.


chiki - nasi kotak - nasi goreng

Allah tlah kabulkan permohonan cinta dalam do'aku ketika shalat ashar di masjid sebelumnya. Aku tak minta muluk-muluk padaNya, hanya disaat ragaku tak sekuat biasanya, saat aku menyesal tak dapat masuk kuliah seperti layaknya, semoga diri ini masih bermanfaat bagi sesama. Semoga Allah tak henti berikan rizqi iman, teman bahkan makanan karena saat ashar itu aku sungguh kelaparan.




Krapyak, Jum'at, 24 April 2015, 01.40 WIB dini hari

Rabu, 01 April 2015

Rindu Tarian Muda




Siapa yang tau kapan titik roda kehidupan akan berhenti berputar? Siapa yang tau senyuman kawan dihadapanmu kala itu, sekarang tinggal kenangan?

Dua tahun lalu masih hangat dalam ingatan, seorang mahasiswi berkerudung hitam dengan atasan hijau daun begitu sumringah melihat gelak tawa kawan-kawannya. Kelas A dari jurusan Sastra Arab angkatan 2012 menjadi salah satu pengukir cerita bahagia itu. Rampung belajar bersama, mereka berfoto sembari menari tarian muda. Penuh gelora, tawa dan kilau aura.

Mahasiswi berkerudung hitam itu aku. Melalui rindu yang tak terduga ini, aku mengenang tarian muda saat itu. Mengingat kembali wajah-wajah penari yang indah nan cerah berkilau. Menunduk tak percaya, sekarang dan seterusnya aku tak dapat menari tarian muda. Mereka di dunia sastra nan jauh di sana, dan aku tak lagi ada untuk bersama.