“Menulis adalah nikmat termahal yang diberikan oleh Allah, ia juga sebagai perantara untuk memahami sesuatu. Tanpanya, agama tidak akan berdiri, kehidupan menjadi tidak terarah...” Qatâdah, Tafsîr al-Qurthûbî

Minggu, 26 April 2015

Mie Ayam dan Persaudaraan


Ini bukan lagi cerita mie ayam pingsan, Sabtu lalu setelah penundaan panjang, akhirnya kami mengadakan pertemuan. Gelak tawa, canda, pekik ceria terukir dari wajah-wajah segerombol mahasiswi meski sedang kelaparan. Walaupun ini adalah gathering baru kali pertama, rasanya hati kita telah terikat semenjak dahulu lama.


Sari klenger gegara laper

Perkenalkan ini saudara seiman saya namanya Sari, dia lucu, unik dan hidupnya penuh semangat. Bagaimana tidak, tiap harinya ia harus menaiki sepeda pancal dari Klaten menuju kampus UIN Jogja. Ah, it's not a big deal for her, yang terpenting cari ilmu !


 nggaya dulu sebelum makan


Paling kanan ada Nuri. Si anak kos Sapen ini jago akuntansi dan kalo lagi laper gak boleh di ajak bicara. Di warung mie ayam inilah kedekatan saya dan dia semakin erat terjalin karena sebelum-sebelumnya jika kita bertemu hanya sekedar bertegur sapa.



Desty dan Rina

Yang ini Desty dan Rina, mereka berdua itu seperti Saipul Jamil, dikit-dikit nyanyi. Tapi itu yang membuat suasana hati saya makin bungah. Pokoknya hilang segala lara saat mereka berdua mendendangkan lagu sembari berwajah ceria.
 

syelamat makaan

Dan yang terakhir, mie ayam sapen siap melepas lapar, membuat suasana ramai menjadi bungkam, perut kosong menjelma kenyang nyam nyam nyaaaam...



Krapyak, 27 April 2015, 00.18  WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar