“Ummiii aku udah cantik belum?”tanya
seorang gadis kecil kepada ibunya.
“Ih cantik sekali anak ummi, yuk
berangkat.” Ibu dan anak itu kemudian mengendarai motor menuju sebuah pesta walimatul ’ursyi. Si kecil memang senang
sekali ikut umminya menghadiri acara-acara, utamanya walimatul ‘ursyi.
Suatu hari sepulang dari TPA si kecil menghampiri umminya yang
sedang memasak, “Ummi ayo ke sana!”
“Ke sana ke mana?”
“Tadi waktu pulang dari TPA aku liat ada orang walimahan, di sana orangnya
cantik-cantik, ganteng-ganteng, ada banyak bunga, ada es krim juga Mi, trus
lampunya teraang semua, kayak di walimahannya
Pak Hari kemarin.”
“Dek, kita kan nggak diundang,
jadi nggakboleh dateng, nanti kalo dimarahin pengantinnya gimana?”
“Pengantinnya yang perempuan
pakek jilbab kok Mi, pastik baik,” suara kekanakannya membuat si ummi gemes.
“Ih Adek lucu banget, gini ya
dengerin Ummi,”ibu tersebut melepas baju masaknya dan mengajak anaknya berbicara
di tempat yang lebih nyaman, ruang tamu.
“Meskipun pengantinnya pakai
jilbab, kalau kita nggak diundang, kita nggak bisa dateng, kalo dateng, itu
namanya nggak sopan. Liat ni undangannya Pak Hari, kita kemarin bisa ke sana
karena sudah kenal dengan Pak Hari, di samping itu kita juga dikasih
undangannya.” Si kecil terlihat mendengarkan dengan serius namun tampaknya ia
belum mengerti juga, umminya kemudian menjelaskan dengan bahasa yang lebih
ringan.
“Sekarang Ummi tanya, kalo suatu
hari Adek disuruh main ke rumah Mas Fadhli adek mau nggak?”
“Nggak mau, aku kan nggak kenal
Mas Fadhli.”
“Nah, sama, kita juga pasti nggak
mau kan pergi ke walimatul ‘ursyinya
orang yang nggak dikenal?”jelas sang bunda dengan lembut.
Wajah si kecil yang semula serius
berubah ceria, tandanya ia sudah mengerti, “Iya ya Mi, hehe, Aku main dulu ah!”
Si kecil berlari ke luar rumah, jilbab birunya terbang ke kiri dan ke kanan
diterpa angin sore.
***
Sepasang mata sayu menatap ke
arah cermin, “Mentariku tlah bersinar, member cahaya cinta dan iman, dulu dan
sekarang kau begitu indah, hingga detik ini pun pesonamu selalu membuncah,”nyanyian
hati seorang bunda.
Tak terasa si kecil yang dulu
suka ngintil umminya ke acara-acara
walimahan, kini tumbuh menjadi gadis nan
sholihah.
Usai merapikan jilbab di depan
cermin, ia pergi berpamitan, “Ummi, kenapa senyum-senyum sendiri?”tanyanya
heran.
“Ah, nggak papa, ummi cuman bahagia,
anak ummi sudah gede sekarang, berangkat sekolah sana gih.”
“yaudah aku berangkat dulu,
Assalamu’alaikum,”kedua bidadari itu saling berpelukan.
Ini bukan sekedar perjalanan ke
sekolah, perempuan yang sekarang duduk di bangku kelas 3 SMA itu sedang
berbicara dengan Tuhan. Ia mulai menata niat dan hati, menghirup udara
persawahan, sesekali langkahnya melambat menendang-nendang benda kecil yang
dilewatinya. Setelah semua keadaan menjadi rileks,
hatinya siap bercerita, “Ya Robb, sekarang aku tahu bahwa indahnya
pernikahan itu bukan karena acara walimahan
yang penuh dengan permen, segarnya es pudding,
atau terangnya lampu berhias bunga. Tarbiyah kehidupan yang Kau berikan padaku
menjadi jawaban apa yang selama ini aku pikirkan. Ternyata pernikahan itu lebih
indah dari beribu-ribu acara walimatul ‘ursyi.
Sepasang hati terikat cinta suci, membangun taman kasih yang harmoni.” Langkahnya
semakin pelan, ia enggan meninggalkan suasana persawahan yang menenangkan
jiwanya, sedang waktu terus berdenting mendekati waktu bel sekolah berdering.
“Ah aku sungguh tak sopan,
berbicara denganNya di tengah jalan seperti ini,” batinnya. Ia putuskan untuk
kembali ke rumah dan meninggalkan urusan sekolah.
Sesampainya di rumah, ia segera
mengambil air wudhu, si ummi belum tahu hari itu ia membolos sekolah. Gadis berwajah
putih itu lantas membuka ibadah sunnahnya dengan shalat taubat, lalu dhuha dua
raka’at, dilanjutkan shalat istikharah, shalat hajat, dan ditutup dengan shalat
witir. Sebenarnya rangkaian ibadah ini sudah rutin ia lakukan setiap sepertiga
malam, persis dengan urutannya. Namun pagi itu ia amalkan lagi sebagai senjata
ampuh pengusir gelisah. Sekitar satu jam ia habiskan untuk sholat dan berdo’a
pada Sang Khaliq. Segala khilaf, keraguan, keinginan, dan kebaikan ia curahkan.
Usai bertaqarrub ilallah, hatinya
menjadi semakin mantab. Bersegeralah ia menuju dapur, ia tahu ibunya pasti
sedang membereskan dapur.
“Ummi, aku pengen bicara”katanya
agak grogi.
“Lhoh Dek! Kenapa tiba-tiba ada
di sini?! Kapan pulang? Kamu nggak ke sekolah tadi?”jawab ummi kaget.
“Hmm… tadi aku ke sekolah kok,
tapi di tengah jalan aku pulang.”
Terjadilah perbincangan di ruang
makan tak jauh dari dapur. “Ada apa ini sebenarnya?”tanya sang ummi dengan
lembut.
“A… a… aku… aku…”
“Iya, kamu kenapa?”
“Aku pngen menikah mi.” Wajahnya
memerah bak bayi baru lahir.
Suasana seketika menjadi hening.
“Serius?”ummi masih tak percaya.
“Hatiku udah manteb Mi,”jawab si
gadis dengan tegas.
“Baiklah, ummi ngerti, Adek juga
udah paham bagaimana itu pernikahan, sekarang ummi beri kesempatan waktu untuk
istikharah, selanjutnya kita serahkan ke Allah. Masalah sekolah, kuliah ummi
serahkan ke Kamu, yang penting niatkan semua untuk ibadah.”
***
Tepat dua minggu setelah
perbincangan itu, datang seorang laki-laki muda ke rumah gadis itu. “Sini-sini
masuk nak, ada kemari?”suara ummi begitu hangat terdengar.
“Tujuan saya kemari untuk
mengkhitbah putri Ummi”
“Subhanallah”
Jadilah seorang ibu dan pemuda
itu berbincang serius.
Mengetahui maksud dan tujuan
laki-laki yang taka sing baginya itu, ia menelpon puterinya adar cepat kembali
pulang. Lima belas menit kemudian, sang puteri dapat lewat pintu belakang.
“Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumussalam, cepat masuk,
ada tamu,”sambut sang bunda
“Siapa Mi? sepertinya aku tak
melihat ada kendaran terparkir di depan.”
“Dia mau mengkhitbahmu,”bisik
ummi lirih.
“Apa!” Si gadis itu pun menuju
ruang tamu.
“Subhanallah, ternyata kamu,” ia
terkejut melihat laki-laki berbaju hijau semu dengan celana lepis duduk rapi di
sofa sebelah barat. Belum sampai menemui lelaki itu, ia kembali ke belakang
menyusul umminya. “Ini jawaban Allah ummi,” katanya dalam pelukan sang bunda
sambil menangis.
Ku tak dapat menolak khitbahmu
Akhi
Karna kau begitu sempurna bagiku
Ucap syukur kepada Ilahi Rabbi
Tlah takdirkan aku berjodoh
denganmu
Kurasakan kedamaian hati
Ini nikmat yang tinggi
Khitbah suci tlah getarkan bumi
ini
Merekahlah sudah cinta yang murni
Khitbah suci tlah jawab do’a-do’a
ku
Ku tak sabar ucap janji suci
(Aslim Amir)