Denting waktu tlah merayap mendekati tengah malam,
suara bacaan Al-Qur’an orang-orang yang sedang tadarus mulai sepi dan perlahan
menghilang. Mungkin mereka kembali ke rumah masing-masing untuk istirahat
mempersiapkan ibadah terbaiknya di bulan penuh rahmah dan berkah ini.
Sebelum membuka dan menulis diary ini (red: ini adalah
tulisan yang saya ambil dari buku diary pribadi saya), Saya berkesempatan
menyaksikan konser musik religi di salah satu stasiun televisi dengan penyanyi
tunggal Maher Zain. Perpaduan musik, lirik dan background Sang Penyanyi membuat Saya selalu menikmati setiap lagu yang dibawakan. Bukan hanya itu, secara
mendadak iman saya serasa naik beberapa tingkat. Great songs ^^.
Namun kali ini Saya tidak akan berbicara mengenai
Maher Zain atau musiknya secara mendalam, Saya hanya ingin berbagi mengenai apa
yang Saya rasakan ketika menikmati konser tersebut walaupun hanya di depan
layar televisi. Tak menyangka ternyata dalam konser religi itu kursi penonton
dipenuhi oleh Capres Prabowo beserta pendukungnya. Terlihat di barisan paling
depan yakni kursi kelas VIP diisi oleh Prabowo, Anis Matta (Ketum PKS), Abu
Rizal Bakrie, pengusaha sekaligus owner RCTI dan MNC TV, dan para pejabat
pendukung Prabowo lainnya. Seluruh hadirin sangat antusias dan menikmati setiap
lagu yang disuguhkan. Dengan mengangkat satu jari telunjuk, mereka bernyanyi
mengikuti irama Sang Vokalis, bahkan ketika lagu “Number One for Me” dinyanyikan, seluruh penonton berdiri dan tetap dengan gaya khas mereka
mengangkat satu jari telunjuk, tak terkecuali Prabowo sendiri. Seolah-olah lagu
“Number One for Me” ini bukan lagi dipersembahkan untuk ibu seluruh dunia,
melainkan untuk mengajak masyarakat Indonesia memilih No. 1 pada Pemilu 9 Juli
nanti. Tak berhenti sampai disitu, di saat Maher Zain membawakan lagu
populernya berjudul “Insya Allah”, para penonton begitu getol dan menjawab lagu
tersebut dengan nama idola mereka. Kurang lebih beginilah bunyinya, “Insyaa
Allaah”, Maher Zain menyanyikannya dengan apik, kemudian disusul jawaban dari
para penonton dengan kompak dan semangat, “Prabowo !”. Jadilah sebuah yel-yel
dadakan “Insyaa Allaah…” (Maher Zain), “Prabowo!!” (penonton), “insyaa
Allaah…”, “Prabowo!!”, insyaa Allaah…”, “Prabowo!!”, “You’ll find your way…”,
begitu seterusnya.
Saya jadi teringat ketika dulu semasa benci-bencinya
dengan Prabowo, “kenapa Prabowo yang harus jadi capres?!” Geramku. Dan masih
teringat betul dalam ingatan Saya, pukul 12 malam lebih Bapak menjemput Saya
dari stasiun, di tengah perjalanan kami membicarakan calon presiden yang kedua
kandidat tersebut sama sekali bukan menjadi pilihan Saya dan Bapak.
Sampai-sampai dengan syahdu hingga terlihat mata Bapak berkaca-kaca ingin
menangis. Beliau bercerita bagaimana kepemimpinan Gus Dur, sebab menurut Bapak
saya, satu-satunya presiden terbaik adalah Gus Dur, tak ada gantinya. Ibarat
kata, keadaan sekarang ini dapat kita gambarkan bagaikan seorang pekerja yang
kehausan, kemudian disuguhkan dua pilihan air minum yang sama-sama pahit. Dari
kedua pilihan tersebut, mau tidak mau salah satunya harus diminum, sebab jika
tidak, pilihannya hanya ada dua, dehidrasi panjang atau mati. Artinya, dari
kedua calon presiden yang menurut Saya berat untuk memilihnya, mau tidak mau Saya harus memilih salah satu, mau tidak mau Saya harus menyeleksi mana yang
terbaik, jika tidak, pilihannya hanya ada dua, Indonesia bisa jadi dipimpin oleh
presiden yang tidak sesuai atau Saya berdosa karena tidak andil dalam Pemilu
esok. Namun pulang kampung yang kedua Saya, telah memberikan kemantaban bahwa
Prabowo adalah pilihan Saya. Semenjak saat itu, keadaan berbalik 180 derajat,
seorang Hana yang benci dengan Prabowo kini koar-koar mengajak orang
disekelilingnya memilih Prabowo, Hana yang saat ini bak Tim Sukses Prabowo yang
rela tak dibayar namun tetap ikhlas menebar. Lagi-lagi ini masalah keyakinan
dan masa depan.
Bersyukurlah Allah memberikan Anda kebebasan untuk
memilih pemimpin melalui pemerintah Indonesia dalam program Pemilunya. Hanya
orang-orang yang tak bersyukurlahlah yang menyia-nyiakan kesempatan besar ini.
Bila anda tak mau kufur, segera gunakan hak pilih anda pada 9 Juli nanti. Black
campaign, negative campaign dan semacamnya bukanlah jalan yang benar, di sini
saya tidak sedikitpun menyinggung keburukan kedua capres sekaligus putera
bangsa tersebut. Prabowo dan Jokowi sama-sama baik, but life is still a choice.
Sekian cerita Maher Zain dan capres kali ini. Saya
bismillah pilih Prabowo, Anda?
Magetan, 4 Juli 2015, 00.20 WIB