“Menulis adalah nikmat termahal yang diberikan oleh Allah, ia juga sebagai perantara untuk memahami sesuatu. Tanpanya, agama tidak akan berdiri, kehidupan menjadi tidak terarah...” Qatâdah, Tafsîr al-Qurthûbî

Sabtu, 15 Februari 2014

Surat untuk Ibu


Ibu, aku baik-baik saja di sini. Penuh dengan lindungan Ilahi, sebagaimana do'amu di pagi, siang dan malam hari. Ibu, mengapa semenjak kehidupan baru ini aku merasa sendiri, selaalu sendiri. Teman-temanku serasa pergi, hidupku mati, aku benar-benar sendiri.

Ibu, jika kau ingin nilaiku baik, maka itu sudah ku ikhtiyarkan. Jika kau berdo'a agar aku sehat wal 'afiat, maka itu tlah jadi genggaman. Namun sepertinya engkau belum mendo'akan agar aku tak sendiri, agar aku tak lagi hanya menangis di kamar mandi, agar aku tak lagi jadikan do'a sebagai tempat memaki. 

Ibu aku sudah tak tahan dengan semua ini. Semoga malam ini rembulan sampaikan air mataku, bahwa aku sedang kalut dan pilu, lantas engkau segera berwudhu mendo'akan putrimu.

Ibu, surat ini kutulis hanya sekedar luapan emosi, surat ini kutulis ketika benar-benar beban ini menjejal hati. Ku tak ingin bebanmu bertambah usai membaca ini, maka kubiarkan surat ini membisu, do'akan hingga akhir aku mampu menjalani, meskipun sendiri...

With tears,
Yogyakarta, February 15th, 2014 | 19.45 pm

3 komentar:

  1. dan karena jika sesungguhnya kamu tidak pernah sendiri hann ^T^
    coba kamu syukuri siapa-siapa orang yang ada di sekitarmu, yg mengharapkanmu mengisi hari-hari mereka

    BalasHapus
  2. yuups :)
    this feeling just for a moment, when I feel really really alone, when I very need someone and in that moment no one hear me, no one erase my tears :P

    BalasHapus
  3. laa tahzan innallaha ma'anaa mbaa :) hehehe

    BalasHapus