Shalawat tak hentinya kubisikkan dalam hati. Berharap dalam pemilihan umum, aku tak terpilih menjadi ketua pondok untuk masa bakti periode ini. Kemarin malam adalah hari yang begitu mendebarkan, aku dan beberapa kandidat lainnya dihadapkan tepat di depan seluruh warga santri komplek R-2. Kami diwajibkan melakukan orasi guna proses pemilihan umum lurah baru.
Sudah ketar-ketir pikiran ini, pertama kali kulihat biodataku terpampang jelas di layar proyektor lengkap dengan foto paling narsisku ketika lebaran tahun lalu. "Ya Allah dapet darimana mereka", heranku. Giliran pertama orasi adalah aku, setelah seminggu berpikir keras, akhirnya kutemukan jurus jitu. Sebelum visi dan misi kupaparkan, aku meminta waktu sebentar untuk mengutarakan sesuatu. Mimik, bahasa dan suara kubuat seformal mungkin, detik itu aku ingin mengatakan sebuah pengakuan, bahwa aku belum siap menjadi ketua pondok. Bahkan kuceritakan bahwa aku sampai istihadhah 3 hari karena pusing memikirkan hal ini. Seribu satu alasan telah kulontarkan. Memohon, mengemis belas kasihan pada mereka agar aku tak jadi pilihan.
Dan alhamdulillah, hasil voting sungguh memuaskan. Aku bukan ketua periode satu tahun ke depan. Aku gemetar bahagia lantas sujud syukur dengan spontan. Berteriak pada seluruh peserta pemilu, "terima kasih banyak atas kerjasamanya temaan-temaaaaan". Inilah pertama kalinya dalam hidupku berharap atas kekalahan.
Yogyakarta, 2 Mei 2015, 00.58 WIB