“Menulis adalah nikmat termahal yang diberikan oleh Allah, ia juga sebagai perantara untuk memahami sesuatu. Tanpanya, agama tidak akan berdiri, kehidupan menjadi tidak terarah...” Qatâdah, Tafsîr al-Qurthûbî

Sabtu, 11 Juni 2016

Pertemuan Cinta



Dua bulan yang lalu tepatnya Rojab 1437 H saat mendengar kabar bahwa engkau akan hadir, hatiku sungguh berdebar. Sosok terkasih yang puluhan tahun senantiasa menjadi dambaan akhirnya akan kembali lagi. Rasanya benar-benar sungguh tak sabar. Mulai detik itu pula do'a pinta pertemuan denganmu terus tercurah pada Sang Maha Bertitah.

Entah, diri ini sampai salah tingkah, berdendang, bertutur lagu dengan bumbuan lirik namamu berkali-kali, percis laku ceria seorang bocah. Bibir tak hentinya tersenyum, tertawa mengenang bayangan indah. Aku akan segera melepas rindu yang selama ini terus membuncah.

Ah apalah... Apalah... Gelora rasa tak dapat terobati kecuali dapat bersua dengan yang ditunggu. Ya, tak ada azimat rindu kecuali dengan bertemu. Aku yakin engkau pun juga merasa begitu. Hanya saja Allah mengajarkan kita untuk bersabar dahulu, aku harus rela menunggu tersingkap nyata cintamu. Tak apa sayang, ini hanya masalah waktu.

Mentari silih berganti terbit tenggelam. Rembulan masih saja selalu genit muncul merayu malam. Akhirnya Sya'ban pun datang bagai sumber cahaya dalam temaram. Begitu menentramkan, membawa sirat sebulan lagi rinduku terobati dengan kekasih hati.

Alamajaang, pintar sekali engkau menggodaku dalam pikiran. Menghantui setiap hembus dan kedipan. Terkadang lembayung rasa memuncak tak tertahan. I really miss you.

Lantas hari yang dinanti tiba. Maghrib sebelum aku menemuimu, kurelakan menusuri lorong-lorong pesantren berharap ada kamar mandi kosong untukku. Sengaja waktu mandi kuakhirkan, supaya segar kulitku, semerbak wangi tubuh dari sabun yang kukenakan tetap awet hingga tibanya bersua denganmu. Tak ketinggalan rambut yang baru saja kupotong beberapa hari lalu kucuci bersih, minyak wangi merk Posh tersemprot di sela-sela sudut pakaianku yang sudah rapih. Aku telah siap wahai Kekasih.

Sesuai perjanjian, kita bertemu di masjid pusat selatan pondok sebelum sholat isya'. Engkau bilang padaku akan ada seseorang yang memberitahuku jika kau datang.

Dengan rasa hati yang tak karuan, aku berjalan menuju tempat pertemuan. Kupilih duduk di shof kedua jama'ah putri, menunggumu sembari memandangi lampu kristal megah dekat ruang Sang Imam. Kemilau anggun serta kerlip cahayanya seolah-olah menggambarkan bahagia jiwaku sungguh tak karuan. Beberapa menit kemudian, lepas dua roka'at sholat kulaksanakan, seseorang membawa berita bahwa engkau tlah datang.

Benar saja, jantungku terasa berhenti berdegup. Hadirmu sungguh mencerahkan sanubariku yang sempat redup. Akhirnya Allah mempertemukan kita agar bunga hidup mekar lagi setelah sebelumnya sempat kuncup.

Selamat datang cahayaku yang penuh kemuliaan.
Selamat datang sosok yang penuh ampunan serta dekat dengan Al-Qur'an.

Oh Romadhon, engkau telah erat dalam pelukan. :'(


Krapyak, 7 Romadhon 1437 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar