“Menulis adalah nikmat termahal yang diberikan oleh Allah, ia juga sebagai perantara untuk memahami sesuatu. Tanpanya, agama tidak akan berdiri, kehidupan menjadi tidak terarah...” Qatâdah, Tafsîr al-Qurthûbî

Jumat, 05 Juli 2013

Tahan! Semua Kan Indah pada Waktunya



Bismillaah..

Perjalanan dari kampus sore tadi membuat saya merenung. Hidup memang ditakdirkan untuk menahan. Ya, menahan! Menahan dari segalanya, amarah, dengki, emosi, semua yang berhubungan dengan hati. Entah itu timbul karena perasaan sakit hati, atau penantian yang terasa lama, atau sekedar menahan lapar ketika berpuasa. Dan bisa jadi 99,9% dari 100% emosi yang kita miliki adalah emosi yang tumbuh karena keberhasilan setan dalam menggoda kita, bukan karena emosi yang timbul karena perintah Sang Pencipta, betul tidak??. Sekali lagi memang semua yang kita lakukan seyogyanya sangat menyangkut sebuah kata kerja, "menahan".

Dan kali ini saya akan bercerita tentang sebuah pengalaman nyata menyangkut kata kerja, "menahan". Check this out.

****
Jum'at sore usai berbuka puasa saya keluar kamar dan tidak seperti biasanya melihat mbak-mbak asrama (*maklum saya paling muda di asrama) nimbrung di teras kamar. Salah satu dari mereka ada yang mengundang saya ke majlis kecil itu (*pret, majlis apaan). Ternyata baru ketahuan, magnet yang membuat mereka bergerumul adalah roti bakar dan camilan (*orang Jawa menyebutnya klethikan). Karena saya dasarnya memang doyan semua makanan, tanpa pikir panjang saya berlari menuju TKP. 

Singkat cerita setelah beberapa menit ngobrol ngalor ngidul, ngetan ngulon, tiba-tiba ada salah satu mbak-mbak menghentikan percakapan. "Apaaaaa", "aaaaa", "subhanallaah", "tidaaaaak", begitulah kira-kira luapan ekspresi seluruh penghuni asrama usai mendengar berita bahwa salah satu santriwati Daarul Firdaus (*nama asrama saya) akan menikah bulan Agustus nanti. Kebetulan yang akan menikah ini adalah salah satu santriwati yang sedang menyelesaikan study pascasarsajana di universitas Negeri Yogyakarta, asli Jambi, keturunan Jawa, dan merupakan ketua asrama Daarul firdaus (*terus?). Ok, lanjut ke cerita. Setelah sesi haru biru, selanjutnya sesi sharing. Agar perbincangan tidak membuang waktu dan tidak keluar jalur, salah satu berinisiatif menjadi moderator dan mbak yang akan menikah itu tentu saja menjadi narasumbernya. cerita dari awal ketemu, ta'aruf, khitbah, bla bla bla, dilanjutkan tanya jawab, dan 'ibroh paling ngena adalah.........

" Ada suatu waktu di mana hati rindu, sangat amat rindu, rindu sedalam-dalamnya untuk menikah, namun bila Allah memang belum mengijinkan, maka sampai engkau berteriak dalam do'a pun Allah tetap tidak akan memberikan pasangan hidupmu saat itu. Dan ketika Allah sudah menjatuhkan waktu yang tepat dan terbaik untukmu menikah, maka saat hati tak rindu menikah pun, sang pujaan hati pilihan Allah akan datang kepadamu membawa janji suci. "

Yogyakarta, Jum'at 5 Juni 2012, 23.30 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar