“Menulis adalah nikmat termahal yang diberikan oleh Allah, ia juga sebagai perantara untuk memahami sesuatu. Tanpanya, agama tidak akan berdiri, kehidupan menjadi tidak terarah...” Qatâdah, Tafsîr al-Qurthûbî

Rabu, 25 September 2013

Midnight

Aku menangis diantara gelapnya malam. Merenung menusuri segala dosa temaram. Sungguh besar susah yang kuberikan pada ayah dan ibu, pada seluruh saudara seimanku. Sekarang aku benar-benar tak berdaya, sendiri dilaknat bumi. Sendiri memikul beban hati. Andai jiwaku mampu memberanikan diri. Aku ingin bercerita padamu ibu, aku menangis tiap hari. Entah apa yang membuatku begini. Segalanya turun bertubi-tubi. Ah tapi tdak, esok pagi engkau akan pergi ke tanah suci, sungguh tak pantas aku menceritakan bualan ini.

Tak tau tetesan keberapa ait mata ini turun, tiba-tiba suara pintu pelan terbuka, daun pintu pun bergerak mempersilahkan sesosok wanita bersahaja masuk ke dalam kamarku. Segera kuhapus air mata dan kututup mata bermaksud berpura-pura. Saat kucuri pandangan, terlihat seseorang berdiri memantau. Beliau ternyata ibuku, sekedar melihat keadaan putri-putri dan keponakannya yang malam ini tertidur dalam satu kamar. Setelah kudengar suara pintu yang kedua kalinya, lantas kubuka mata. Terlihat ibu memang sudah keluar dari kamar. Sungai tangis kembali mengalir deras di kelopak mata dan relung hati.

Ibu, maafkan aku yang selalu merepotkanmu...

With tears, 
Magetan, Selasa, 24 September 2013, 00.32 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar